Menu

Dark Mode
Bahasa Jepang Saat Memesan Makanan Delivery: Dari Telepon sampai Aplikasi Kadomatsu: Hiasan Bambu Tahun Baru untuk Menyambut Dewa Keberuntungan Novel Kyōkai no Melody Karya Toshiya Miyata Diadaptasi Menjadi Anime TV Polisi Kyoto Tangkap Warga Indonesia karena Menampung 7 Overstay Jepang dan Indonesia Gelar Pertemuan untuk Bahas Pertahanan di Tokyo Bahas Kerja Sama Maritim Nintendo Buka Toko Pertama di Fukuoka Jepang, Terbesar dari Semua Lokasi Resmi

Culture

Gion Matsuri: Festival Kyoto yang Sudah Berlangsung Sejak Abad ke-9

badge-check


					Gion Matsuri: Festival Kyoto yang Sudah Berlangsung Sejak Abad ke-9 Perbesar

Setiap bulan Juli, jalanan Kyoto berubah menjadi lautan warna, musik, dan tradisi. Inilah Gion Matsuri (祇園祭) — salah satu festival paling terkenal dan tertua di Jepang, yang telah berlangsung sejak abad ke-9 dan masih dirayakan dengan megah hingga hari ini.
Lebih dari sekadar perayaan, Gion Matsuri adalah simbol keteguhan budaya Jepang yang tetap hidup di tengah modernitas.


🏮 Asal-Usul Gion Matsuri

Gion Matsuri berawal pada tahun 869 M, ketika wabah penyakit menyebar di Kyoto (yang saat itu menjadi ibu kota Jepang).
Untuk menenangkan para kami (dewa) yang diyakini sedang murka, Kaisar memerintahkan diadakannya ritual suci di Kuil Yasaka (祇園社).
Ritual itu melibatkan arak-arakan 66 tombak suci — mewakili tiap provinsi di Jepang kala itu — sebagai bentuk doa agar wabah segera berakhir.

Sejak saat itu, ritual tahunan ini terus berkembang menjadi festival rakyat besar-besaran, dan dikenal sebagai Gion Matsuri, mengambil nama dari kawasan Gion di sekitar kuil tersebut.


🎎 Parade Megah Yamaboko Junko

Puncak dari Gion Matsuri adalah parade Yamaboko Junko (山鉾巡行), yang diadakan dua kali — pada 17 Juli dan 24 Juli.
“Yama” dan “Hoko” merujuk pada dua jenis kereta hias tradisional yang menjadi ikon festival ini.

Seluruh kereta dibuat dengan tangan, menggunakan teknik tradisional tanpa paku logam. Setiap detailnya — dari kain sutra, ukiran kayu, hingga tali pengikat — merupakan karya seni tingkat tinggi.

Yang paling menakjubkan, setiap Hoko ditarik secara manual oleh puluhan orang, diiringi musik tradisional gion-bayashi yang dimainkan dengan drum dan seruling.


👘 Yoiyama: Malam-Malam yang Penuh Kehangatan

Menjelang parade utama, suasana Kyoto semakin meriah dengan rangkaian acara bernama Yoiyama (宵山).
Selama tanggal 14–16 Juli, jalanan dipenuhi pengunjung yang mengenakan yukata, lampion menggantung di sepanjang gang, dan stan makanan (yatai) menjajakan takoyaki, yakitori, hingga kakigōri (es serut).

Rumah-rumah tradisional di distrik machiya bahkan membuka pintunya untuk umum dan memamerkan harta keluarga atau kimono antik yang jarang terlihat — tradisi ini disebut Byōbu Matsuri (Festival Lipatan Layar).


⛩️ Makna Spiritual di Baliknya

Meski kini menjadi daya tarik wisata internasional, Gion Matsuri tetap memiliki makna spiritual mendalam:
sebuah bentuk penyucian diri dan kota dari energi negatif.
Setiap elemen — mulai dari kereta, musik, hingga pakaian — adalah simbol doa bagi kesehatan, keselamatan, dan kemakmuran masyarakat.

Menariknya, festival ini tidak pernah benar-benar berhenti, bahkan selama lebih dari 1.100 tahun, kecuali di masa perang atau bencana besar. Ini membuktikan betapa kuatnya semangat warga Kyoto menjaga warisan leluhur mereka.


📅 Kapan dan Di Mana Menyaksikan

📍 Lokasi: Sekitar Kuil Yasaka dan distrik Shijō–Karasuma, Kyoto
📅 Waktu: Sepanjang bulan Juli
Puncak parade: 17 Juli (Saki Matsuri) & 24 Juli (Ato Matsuri)

Bagi wisatawan, menonton parade dari pinggir jalan atau berjalan di antara kereta hias di malam hari menjadi pengalaman yang benar-benar magis.


Lebih dari seribu tahun telah berlalu, namun Gion Matsuri tetap berdiri sebagai bukti kekuatan tradisi Jepang: memadukan ritual, keindahan, dan kebersamaan dalam satu perayaan besar.
Festival ini mengajarkan satu hal penting — bahwa budaya bukan sekadar kenangan masa lalu, melainkan napas yang terus hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Kadomatsu: Hiasan Bambu Tahun Baru untuk Menyambut Dewa Keberuntungan

15 November 2025 - 16:30 WIB

Budaya Kerja “Hansei”: Refleksi Diri Setelah Gagal

12 November 2025 - 20:00 WIB

Enam Warisan Budaya Takbenda Baru dari Jepang Direkomendasikan Masuk Daftar UNESCO

12 November 2025 - 16:10 WIB

Tradisi Otoshidama: Amplop Uang Anak-Anak Saat Tahun Baru Jepang

10 November 2025 - 17:45 WIB

Satoyama: Harmoni Manusia dan Alam di Pedesaan Jepang

10 November 2025 - 06:08 WIB

Trending on Culture