Menu

Dark Mode
Frasa Umum dalam Bahasa Jepang yang Tidak Bisa Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia Kogomi Tempura Goreng yang Renyah dan Lezat dari Shizuoka 100 Ninja Jelajahi Tokyo untuk Promosikan Budaya Iga dan Koka Beruang Terperangkap dan Dibunuh Setelah 2 Hari di Supermarket Jepang Ningyo-yaki: Kue Tradisional Jepang yang Terinspirasi dari Boneka di Tokyo Game Doraemon Dorayaki Shop Story Akan Rilis di PC pada 9 Desember

News

Haruskah Pelanggan Selalu Dianggap “Raja”? Jepang Mulai Bertindak atas Pelecehan Pelanggan Terhadap Pekerja

badge-check


					Haruskah Pelanggan Selalu Dianggap “Raja”? Jepang Mulai Bertindak atas Pelecehan Pelanggan Terhadap Pekerja Perbesar

Di Jepang, pelanggan sering dianggap sebagai “dewa,” dengan pekerja di industri layanan menunjukkan sikap hormat yang luar biasa kepada pelanggan. Namun, sikap ini terkadang disalahgunakan, dengan pelanggan yang melakukan pelecehan atau membuat tuntutan berlebihan terhadap pekerja. Meskipun belum ada hukum yang jelas mengenai pelecehan pelanggan, semakin banyak kasus di mana pekerja menjadi korban bahasa kasar, ancaman, hingga tuntutan yang tidak masuk akal.

Pekerja bahkan melaporkan adanya pelanggan yang menuntut mereka melakukan dogeza — sebuah sikap merendah dengan berlutut dan menyentuhkan dahi ke lantai yang pernah umum di Jepang feodal. Kondisi ini kerap menyebabkan masalah mental dan fisik, bahkan mendorong pekerja untuk berhenti atau mengalami gangguan kesehatan serius.

Beberapa perusahaan besar mulai mengambil langkah dalam menghadapi pelecehan pelanggan ini. Misalnya, Takashimaya, sebuah jaringan department store, telah menetapkan kebijakan dasar mengenai pelecehan pelanggan, sementara Ito-Yokado dan Seven-Eleven telah mengeluarkan pedoman internal serta pelatihan bagi staf untuk menghadapi pelanggan yang sulit. Perusahaan-perusahaan ini mengedepankan pelaporan tindakan kasar ke polisi atau menangani pelanggan di area yang diawasi kamera sebagai upaya dokumentasi.

Meski banyak perusahaan telah menetapkan kebijakan internal, beberapa sektor masih enggan mengambil tindakan, khususnya karena takut pada dampak terhadap masukan pelanggan. Namun, semakin jelas bahwa menangani pelecehan pelanggan sangat penting untuk mempertahankan pekerja dalam kondisi kekurangan tenaga kerja di Jepang.

Organisasi seperti Tokyo Metropolitan Assembly juga telah menyetujui peraturan tentang pelecehan pelanggan, yang mulai berlaku pada April 2025. Peraturan ini diharapkan membantu menetapkan batasan perilaku pelanggan di toko-toko, meskipun belum ada sanksi hukum bagi pelanggarannya.

Kaname Murasaki dari Japan Harassment Association mengatakan bahwa perusahaan yang terlalu tunduk kepada pelanggan akan terlihat buruk di mata masyarakat. Sementara Kyoko Shimada dari Customer Harassment Association menekankan pentingnya pemahaman bersama antara pekerja dan pelanggan terkait apa yang disebut sebagai pelecehan.

Sc : kyodo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

100 Ninja Jelajahi Tokyo untuk Promosikan Budaya Iga dan Koka

5 December 2024 - 19:10 WIB

Beruang Terperangkap dan Dibunuh Setelah 2 Hari di Supermarket Jepang

5 December 2024 - 17:10 WIB

Pemerintah Jepang Pertimbangkan Peningkatan Ambang Batas Pajak Penghasilan untuk Dorong Jam Kerja Paruh Waktu

5 December 2024 - 15:10 WIB

Pegawai Negeri di Wilayah Tokyo Akan Segera Menerapkan Sistem Kerja 4 Hari dalam Seminggu

5 December 2024 - 10:10 WIB

Bocor! Data 100.000 Pelanggan dari 11 Situs E-Commerce Jepang Dicuri

4 December 2024 - 15:10 WIB

Trending on News