Seorang warga Amerika yang ditangkap karena merusak kuil suci di Tokyo menjadi contoh terbaru dari perjuangan Jepang dalam menangani perilaku buruk wisatawan di tengah lonjakan pariwisata.
Jepang mencatatkan hampir 27 juta kunjungan wisatawan hingga September, dengan pengeluaran mereka menyumbang 5,86 triliun yen ke perekonomian. Namun, insiden vandalisme, mabuk di tempat umum, dan “overtourism” di situs-situs populer telah memicu perdebatan tentang bagaimana menangani banjir wisatawan dan mereka yang melanggar aturan.
Kepolisian Metropolitan Tokyo mengonfirmasi penangkapan seorang pria Amerika berusia 65 tahun pada hari Rabu, yang diduga mengukir huruf alfabet ke dalam tiang gerbang torii di Kuil Meiji Jingu pada hari Selasa.
Menurut layanan berita Jiji, pria tersebut tiba di Jepang bersama keluarganya pada hari Senin untuk berwisata. Rekaman kamera pengawas membawa polisi menangkapnya di hotelnya, dengan dugaan bahwa ia menggunakan kuku jari untuk menggores lima huruf yang mewakili nama keluarga ke dalam tiang kayu.
Staf Kedutaan Besar AS mengunjungi pria tersebut dan memberikan bantuan konsuler, namun mereka menolak memberikan detail lebih lanjut karena masalah privasi.
Kasus ini mengikuti dua insiden tahun ini di mana grafiti ditemukan di tiang di Kuil Yasukuni di Tokyo, yang terkait dengan masa perang Jepang. Polisi telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk tiga warga negara China sebagai tersangka, menurut surat kabar Asahi.
Pada bulan Oktober, seorang influencer fitness asal Chile memicu kemarahan publik setelah memposting video dirinya melakukan pull-up di atas gerbang torii di Jepang. Ia kemudian menghapus video tersebut dan mengunggah permintaan maaf.
Melonjaknya jumlah turis telah memaksa pihak berwenang untuk mengambil langkah drastis untuk mengurangi keramaian dan sampah. Pada bulan Mei, sebuah kota kecil di dekat Gunung Fuji memasang penghalang untuk menutupi pemandangan gunung suci Jepang yang menjadi viral di media sosial. Petugas taman gunung musim panas ini juga memberlakukan biaya jalur dan batasan masuk untuk pertama kalinya guna mengurangi penggunaan berlebihan.
Pada bulan Oktober, distrik Shibuya di Tokyo menutupi patung anjing ikonik Hachiko dan menerapkan larangan minum di jalanan untuk mencegah keramaian dan kenakalan selama Halloween.
Sc : japantoday