Kementerian Lingkungan Jepang berencana memperketat langkah pencegahan heatstroke (serangan panas) pada lansia, khususnya di dalam rumah. Untuk itu, kementerian telah mengajukan anggaran sekitar ¥1 miliar dalam RAPBN 2026.
Pemerintah menargetkan untuk memangkas separuh rata-rata kematian akibat heatstroke per tahun pada 2030, dibandingkan angka sekitar 1.300 kasus selama 2018–2022. Namun, jumlah korban justru melonjak hingga rekor tertinggi lebih dari 2.000 jiwa pada 2024.
Data Badan Manajemen Kebakaran dan Bencana menunjukkan bahwa 57,4% pasien heatstroke yang dibawa dengan ambulans pada Mei–September 2024 adalah lansia berusia 65 tahun ke atas. Dari total kasus tersebut, 38% terjadi di rumah, menjadi lokasi paling banyak.
Lansia lebih rentan terkena heatstroke karena kemampuan tubuh mereka dalam mengatur suhu dan berkeringat menurun. Namun, sebagian masih enggan menggunakan pendingin ruangan (AC) meski suhu sangat panas.
Untuk mengatasi hal ini, kementerian akan menjalankan proyek percontohan dengan membagikan perangkat pengukur heat index (indeks panas) yang dipasang di rumah lansia. Petugas kesejahteraan dan pejabat pemerintah daerah nantinya akan rutin mengecek hasil pengukuran dan mendorong penggunaan AC bila risiko heatstroke tinggi.
Selain itu, kementerian juga akan mendukung pengembangan teknologi baru oleh produsen AC. Salah satu gagasan yang tengah dipertimbangkan adalah AC dengan sistem kecerdasan buatan (AI) yang otomatis menyala ketika peringatan heatstroke dikeluarkan oleh kementerian atau Badan Meteorologi Jepang.
Sc : JT