Menu

Dark Mode
Bahasa Jepang dalam Dunia Yankee: Istilah dari Budaya Anak Nakal Jepang Coca-Cola Clear: Minuman Misterius yang Pernah Jadi Tren di Jepang Toyota dan Mitsubishi Larang Penggunaan AI Generatif DeepSeek karena Kekhawatiran Keamanan Data Game Mobile Suit Gundam Seed Battle Destiny Remastered Akan Dirilis dalam Bahasa Inggris pada Mei 2024! Berikut Daftar Consolenya Aktivis Mahasiswa Jepang Gelar Protes Menolak Kenaikan dan Program Beasiswa Diperluas Bahasa Jepang dalam Dunia Gyaru: Istilah Gaul dari Budaya Fashion Jepang

News

Jumlah Kebangkrutan Perusahaan di Jepang Tembus 10.000 Kasus, Tertinggi dalam 11 Tahun

badge-check


					People walk outside a train station in the Akihabara district of Tokyo on May 9, 2024. (Photo by Richard A. Brooks / AFP) Perbesar

People walk outside a train station in the Akihabara district of Tokyo on May 9, 2024. (Photo by Richard A. Brooks / AFP)

Jumlah kebangkrutan perusahaan di Jepang pada tahun 2024 melampaui angka 10.000 untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir, menurut survei yang dilakukan oleh Tokyo Shoko Research. Bisnis menghadapi tekanan berat akibat kekurangan tenaga kerja yang semakin memburuk dan kenaikan harga bahan impor yang dipicu oleh pelemahan yen.

Kebangkrutan meningkat 15,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 10.006 kasus. Dari jumlah tersebut, 10.004 kasus melibatkan usaha kecil dan menengah. Total kewajiban perusahaan yang bangkrut tercatat sebesar 2,34 triliun yen (sekitar Rp218 triliun), turun 2,4 persen dari tahun 2023.

Pelemahan yen ke level terendah dalam 37 tahun terhadap dolar AS pada musim panas 2024 meningkatkan biaya impor bagi bisnis. Selain itu, kekurangan tenaga kerja yang semakin parah akibat populasi yang menua dan regulasi jam kerja yang lebih ketat memberikan tekanan besar pada sektor seperti konstruksi dan jasa.

Sektor jasa, termasuk restoran, mencatat jumlah kebangkrutan tertinggi dengan 3.329 kasus, meningkat 13,2 persen dan melampaui angka 3.000 untuk pertama kalinya sejak 1990. Sektor konstruksi menyusul dengan 1.924 kasus, naik 13,6 persen.

Jumlah kebangkrutan akibat kekurangan tenaga kerja melonjak menjadi 289 kasus, rekor tertinggi dibandingkan 159 kasus pada tahun sebelumnya. Sementara itu, kebangkrutan akibat kegagalan menemukan penerus bisnis mencapai 462 kasus, juga mencatat rekor baru.

Beban keuangan yang disebabkan oleh biaya jaminan sosial dan pajak hampir dua kali lipat, dari 92 menjadi 176 kasus.

Tokyo Shoko Research menyebutkan bahwa meskipun beberapa bisnis dapat menghindari kebangkrutan melalui pembiayaan ulang pinjaman, mereka mungkin tetap menghadapi kesulitan jika tidak dapat memulihkan operasi bisnis mereka.

Sc : KN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Toyota dan Mitsubishi Larang Penggunaan AI Generatif DeepSeek karena Kekhawatiran Keamanan Data

15 February 2025 - 17:10 WIB

Aktivis Mahasiswa Jepang Gelar Protes Menolak Kenaikan dan Program Beasiswa Diperluas

15 February 2025 - 14:12 WIB

Survei: 51,2% Warga Jepang Nilai Hubungan dengan Korea Selatan Membaik

15 February 2025 - 12:10 WIB

Bentuk Partai Politik Baru, Dewi Sukarno Lepas Status Kewarganegaraan Indonesia

15 February 2025 - 10:26 WIB

Jaksa Tuntut 15 Tahun Penjara untuk Pelaku Serangan Bom Pipa terhadap eks PM Jepang Fumio Kishida

15 February 2025 - 10:10 WIB

Trending on News