Menu

Dark Mode
Gundam Base Pertama di AS Resmi Dibuka di Chicago, Hadirkan Produk Eksklusif dan Patung Gundam Setinggi 6 Kaki Mau Sewa Kimono? Bahasa Jepang untuk Dunia Penyewaan Kimono: Biar Lancar Saat Dressing & Photoshoot Jepang Luncurkan Bus Malam dengan Kursi Rata ala “Kapsul Tidur”, Nyaman untuk Perjalanan 10 Jam Code Geass Umumkan Anime Baru, Kolaborasi dengan Gundam Wing, dan Deretan Proyek Besar untuk Ulang Tahun ke-20 Gundam Hathaway Tayang Versi Re-Cut di TV, Sekaligus Umumkan Update Film Kedua Jepang Kembangkan Layanan Ride-Share Berbasis AI

Culture

“Kenapa Banyak Orang Jepang yang Menikah dengan Upacara Shinto Meski Tidak Religius?”

badge-check


					“Kenapa Banyak Orang Jepang yang Menikah dengan Upacara Shinto Meski Tidak Religius?” Perbesar

Banyak pasangan di Jepang memilih upacara pernikahan ala Shinto—dengan kimono putih, prosesi di kuil, dan ritual tradisional—meski faktanya mereka tidak religius. Bahkan, survei menunjukkan mayoritas orang Jepang tidak menjalankan agama tertentu secara aktif.
Lalu, kenapa upacara Shinto tetap jadi pilihan utama dalam pernikahan?


1. Shinto Lebih Budaya daripada Agama

Shinto di Jepang lebih dilihat sebagai bagian dari budaya dan tradisi, bukan sebagai sistem kepercayaan yang harus dipraktikkan secara ketat.
Banyak orang Jepang tidak pergi ke kuil setiap minggu atau berdoa setiap hari, tapi mereka tetap melakukan ritual Shinto pada momen penting—seperti kelahiran, pernikahan, dan tahun baru.

Jadi, menikah secara Shinto lebih dianggap sebagai cara untuk menghormati budaya dan leluhur, bukan karena keyakinan religius.


2. Estetika dan Simbolisme yang Kuat

Upacara Shinto terkenal karena kesan yang sakral, anggun, dan penuh makna simbolis. Pasangan akan mengenakan pakaian adat seperti:

Ada juga ritual San-san-kudo, yaitu saling meminum sake tiga kali dari tiga cawan berbeda—melambangkan ikatan suci antara dua keluarga.

Semua elemen ini memberikan kesan yang khidmat dan indah secara visual, sangat cocok untuk momen spesial seperti pernikahan.


3. Tradisi Keluarga dan Harapan Orang Tua

Meskipun generasi muda cenderung lebih sekuler, banyak orang tua masih memegang nilai-nilai tradisional.
Melakukan upacara Shinto menjadi bentuk penghormatan kepada keluarga dan nenek moyang, serta cara untuk menjaga ikatan antar generasi.

Kadang, keputusan untuk menikah secara Shinto bukan murni dari pasangan, tapi juga demi memenuhi harapan keluarga.


4. Kombinasi Gaya: Shinto dan Barat

Menariknya, banyak pasangan Jepang menggabungkan dua gaya pernikahan sekaligus:

  • Upacara Shinto di pagi hari

  • Resepsi bergaya Barat (dengan gaun putih dan jas) di sore hari

Hal ini mencerminkan budaya Jepang yang suka mengadaptasi nilai asing ke dalam tradisi mereka sendiri, menciptakan harmoni antara masa lalu dan masa kini.


Meski banyak orang Jepang tidak menganggap diri mereka religius, upacara Shinto tetap menjadi simbol penting dalam pernikahan. Ia bukan sekadar ritual spiritual, tapi juga bentuk penghormatan terhadap tradisi, keluarga, dan identitas budaya Jepang.

Bagi masyarakat Jepang, pernikahan bukan hanya tentang cinta antara dua individu—tapi juga tentang mengikat diri dengan sejarah, simbol, dan nilai-nilai yang diwariskan turun-temurun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Shuin: Koleksi Stempel Kuil yang Ada Seninya

6 December 2025 - 17:30 WIB

Budaya “Oseibo” & “Ochūgen”: Hadiah Musiman sebagai Bentuk Terima Kasih ala Jepang

4 December 2025 - 18:30 WIB

Tsumami Zaiku: Seni Merangkai Bunga Kain untuk Hiasan Rambut Jepang

1 December 2025 - 16:45 WIB

Senpāi–Kōhai: Hirarki Sosial Jepang dari Sekolah hingga Dunia Kerja

22 November 2025 - 14:30 WIB

Miai: Perjodohan Ala Jepang yang Tetap Eksis di Era Dating App

21 November 2025 - 13:43 WIB

Trending on Culture