Menu

Dark Mode
Bahasa Jepang di Dunia Medis: Kosakata Rumah Sakit dan Apotek yang Perlu Diketahui Beli SIM Card di Indonesia atau Sewa Wi-Fi di Jepang? Bandingkan Dulu! Gambar dan Video Seksual Buatan AI Menargetkan Anak dan Perempuan Kian Merebak di Jepang Mantan Putri Mako Melahirkan Anak Pertama di New York, Cucu Pertama Pangeran Mahkota Fumihito Jepang Catatkan Rekor Kunjungan Wisatawan Asing, Warga Lokal Justru Makin Jarang Bepergian China Akan Lanjutkan Impor Makanan Laut Jepang Setelah Sempat Dilarang Karena Air Limbah Fukushima

Culture

“Kenapa Banyak Orang Jepang yang Menikah dengan Upacara Shinto Meski Tidak Religius?”

badge-check


					“Kenapa Banyak Orang Jepang yang Menikah dengan Upacara Shinto Meski Tidak Religius?” Perbesar

Banyak pasangan di Jepang memilih upacara pernikahan ala Shinto—dengan kimono putih, prosesi di kuil, dan ritual tradisional—meski faktanya mereka tidak religius. Bahkan, survei menunjukkan mayoritas orang Jepang tidak menjalankan agama tertentu secara aktif.
Lalu, kenapa upacara Shinto tetap jadi pilihan utama dalam pernikahan?


1. Shinto Lebih Budaya daripada Agama

Shinto di Jepang lebih dilihat sebagai bagian dari budaya dan tradisi, bukan sebagai sistem kepercayaan yang harus dipraktikkan secara ketat.
Banyak orang Jepang tidak pergi ke kuil setiap minggu atau berdoa setiap hari, tapi mereka tetap melakukan ritual Shinto pada momen penting—seperti kelahiran, pernikahan, dan tahun baru.

Jadi, menikah secara Shinto lebih dianggap sebagai cara untuk menghormati budaya dan leluhur, bukan karena keyakinan religius.


2. Estetika dan Simbolisme yang Kuat

Upacara Shinto terkenal karena kesan yang sakral, anggun, dan penuh makna simbolis. Pasangan akan mengenakan pakaian adat seperti:

Ada juga ritual San-san-kudo, yaitu saling meminum sake tiga kali dari tiga cawan berbeda—melambangkan ikatan suci antara dua keluarga.

Semua elemen ini memberikan kesan yang khidmat dan indah secara visual, sangat cocok untuk momen spesial seperti pernikahan.


3. Tradisi Keluarga dan Harapan Orang Tua

Meskipun generasi muda cenderung lebih sekuler, banyak orang tua masih memegang nilai-nilai tradisional.
Melakukan upacara Shinto menjadi bentuk penghormatan kepada keluarga dan nenek moyang, serta cara untuk menjaga ikatan antar generasi.

Kadang, keputusan untuk menikah secara Shinto bukan murni dari pasangan, tapi juga demi memenuhi harapan keluarga.


4. Kombinasi Gaya: Shinto dan Barat

Menariknya, banyak pasangan Jepang menggabungkan dua gaya pernikahan sekaligus:

  • Upacara Shinto di pagi hari

  • Resepsi bergaya Barat (dengan gaun putih dan jas) di sore hari

Hal ini mencerminkan budaya Jepang yang suka mengadaptasi nilai asing ke dalam tradisi mereka sendiri, menciptakan harmoni antara masa lalu dan masa kini.


Meski banyak orang Jepang tidak menganggap diri mereka religius, upacara Shinto tetap menjadi simbol penting dalam pernikahan. Ia bukan sekadar ritual spiritual, tapi juga bentuk penghormatan terhadap tradisi, keluarga, dan identitas budaya Jepang.

Bagi masyarakat Jepang, pernikahan bukan hanya tentang cinta antara dua individu—tapi juga tentang mengikat diri dengan sejarah, simbol, dan nilai-nilai yang diwariskan turun-temurun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Lebih dari Sekadar Angka: Makna Budaya di Balik Angka Empat dan Sembilan di Jepang

28 May 2025 - 16:30 WIB

Genkan: Batas Suci Antara Dunia Luar dan Kehangatan Rumah Jepang

27 May 2025 - 15:10 WIB

Filosofi di Balik Urutan Nama Orang Jepang: Kenapa Marga Dulu, Baru Nama Asli?

26 May 2025 - 11:30 WIB

Hanko vs Tanda Tangan: Kenapa Orang Jepang Masih Pakai Cap sebagai Identitas Resmi?

24 May 2025 - 18:30 WIB

Kouhai dan Senpai: Sistem Hierarki di Sekolah dan Tempat Kerja Jepang

22 May 2025 - 17:30 WIB

Trending on Culture