Kimono—pakaian tradisional Jepang yang anggun dan sarat makna—dulu merupakan busana sehari-hari masyarakat Jepang. Namun kini, kamu lebih sering melihat orang memakai kimono hanya saat acara formal, festival, atau pernikahan.
Lalu, kenapa kimono perlahan “menghilang” dari kehidupan sehari-hari di Jepang?
👘 Dulu Kimono, Sekarang Pakaian Modern
Pada zaman Edo (1603–1868), hampir semua orang Jepang memakai kimono setiap hari. Namun, sejak era Meiji (1868–1912), Jepang mulai terbuka terhadap budaya Barat. Dalam upaya modernisasi, pakaian bergaya Barat seperti jas dan celana dianggap lebih praktis dan “maju”.
Pergeseran besar ini dimulai dari kalangan pejabat, pelajar, hingga militer. Lambat laun, masyarakat biasa pun mengikuti tren ini, terutama karena:
-
Pakaian Barat lebih mudah dipakai dan dilepas
-
Perawatannya lebih praktis
-
Lebih murah untuk diproduksi secara massal
🪡 Ribet dan Mahal: Dua Alasan Utama
Memakai kimono bukan hal yang bisa dilakukan dalam waktu 5 menit. Dibutuhkan:
-
Beberapa lapisan pakaian dalam
-
Obi (ikat pinggang) yang perlu diikat dengan cara khusus
-
Aksesori tambahan seperti obiage, obijime, dan tabis (kaus kaki khusus)
Jika kamu tidak tahu caranya, kamu butuh bantuan orang lain atau jasa profesional hanya untuk memakainya.
Ditambah lagi, harga satu set kimono bisa sangat mahal—bahkan untuk kimono sederhana sekalipun.
🧼 Perawatan yang Tidak Praktis
Kimono terbuat dari bahan seperti sutra, wol, atau katun halus.
Artinya:
-
Tidak bisa sembarangan dicuci dengan mesin
-
Harus disimpan dengan cara tertentu agar tidak rusak atau kusut
-
Mudah ternoda, dan sulit dibersihkan
Tak heran jika banyak orang akhirnya lebih memilih pakaian modern yang lebih fleksibel dan mudah dirawat.
🎌 Kini Kimono Dipakai untuk Momen Spesial
Meskipun tidak dipakai setiap hari, kimono tetap hidup dalam budaya Jepang. Kini kimono digunakan dalam:
-
Upacara Seijin Shiki (perayaan kedewasaan usia 20 tahun)
-
Pernikahan dan pemakaman
-
Festival tradisional seperti matsuri
-
Upacara minum teh
-
Wisuda atau acara resmi lainnya
Selain itu, industri penyewaan kimono untuk turis juga berkembang pesat, terutama di kota-kota seperti Kyoto, Tokyo, dan Kanazawa.
🌱 Tren Modern: Kimono Reborn
Di era modern ini, banyak desainer muda Jepang yang mencoba menghidupkan kembali kimono dengan gaya baru. Misalnya:
-
Kimono bergaya kasual untuk jalan-jalan
-
Kimono yang dipadukan dengan sneakers atau celana
-
Kimono yang didaur ulang menjadi tas, dompet, hingga aksesori mode
Generasi muda mulai melihat kimono bukan hanya sebagai warisan, tapi juga ekspresi gaya pribadi.
Kimono Masih Hidup, Tapi dalam Bentuk yang Berbeda
Meski tidak lagi dipakai sehari-hari, kimono tetap menjadi simbol budaya Jepang yang dihormati.
Ia tidak menghilang—hanya berubah peran. Dari pakaian harian, kini menjadi lambang tradisi, sejarah, dan keindahan yang dikenakan di momen-momen istimewa.
Mungkin suatu hari, kimono akan kembali menjadi tren. Tapi untuk sekarang, ia tetap hidup sebagai warisan yang elegan dan penuh makna.