Kalau kamu pernah berada di Jepang, ada hal unik yang mungkin bikin bingung: lampu lalu lintas warna “hijau” justru disebut “aoi” (青い) yang artinya biru. Padahal jelas-jelas warnanya hijau. Kok bisa begitu?
1. Warna dalam Bahasa Jepang Kuno
Dalam bahasa Jepang kuno, hanya ada empat kategori warna utama: putih (shiro), hitam (kuro), merah (aka), dan biru (ao).
Segala sesuatu yang bukan putih, hitam, atau merah sering masuk kategori “biru” (ao). Karena itu, dulu warna hijau pun dianggap bagian dari “biru”.
Contohnya, sampai sekarang orang Jepang masih menyebut:
-
aoi ringo (青いリンゴ) = apel hijau
-
aoi yane (青い屋根) = atap hijau kebiruan
-
aoba (青葉) = daun hijau
Jadi, penggunaan kata “ao” untuk warna hijau punya akar sejarah panjang.
2. Standar Internasional vs. Kebiasaan Jepang
Saat lampu lalu lintas diperkenalkan di Jepang pada tahun 1930-an, warnanya mengikuti standar internasional: merah, kuning, hijau.
Namun, masyarakat Jepang tetap menyebut lampu “hijau” itu sebagai aoi shingō (青信号) = lampu biru karena sudah terbiasa dengan istilah “ao” untuk menyebut warna hijau.
3. Trik Warna “Hijau-Biru”
Agar sesuai dengan standar internasional tapi tetap bisa disebut “biru” oleh orang Jepang, pemerintah Jepang akhirnya memilih warna lampu yang hijau kebiruan. Jadi, secara teknis lampunya masih hijau, tapi dengan nuansa biru yang kuat, sehingga cocok dengan sebutan aoi.
4. Budaya Bahasa yang Masih Bertahan
Hingga sekarang, orang Jepang tetap memakai istilah aoi shingō untuk menyebut lampu hijau.
Bagi orang asing, ini bisa terdengar aneh, tapi bagi orang Jepang, itu wajar saja. Sama seperti mereka masih menyebut daun hijau sebagai aoba (daun biru).
Lampu hijau di Jepang disebut biru bukan karena salah lihat, melainkan karena sejarah linguistik dan budaya warna Jepang. Dulu, “ao” mencakup biru sekaligus hijau, dan kebiasaan itu bertahan sampai kini.
Jadi, kalau kamu mendengar orang Jepang bilang “aoi shingō da!” (Lampunya biru!), jangan bingung. Mereka sebenarnya sedang bilang, “Silakan jalan, lampunya hijau!” 🚦