Kepala Badan Meteorologi Jepang pada hari Jumat membantah rumor luas tentang akan terjadinya gempa bumi besar di Jepang pada musim panas ini. Ia menyebut rumor tersebut tidak ilmiah dan murni hoaks, serta meminta masyarakat untuk tidak khawatir karena bahkan sains tercanggih pun belum mampu memprediksi gempa atau tsunami.
“Saat ini, masih mustahil untuk memprediksi waktu, lokasi, maupun kekuatan gempa bumi secara spesifik,” kata Direktur Jenderal Badan Meteorologi Jepang, Ryoichi Nomura, kepada wartawan. “Prediksi semacam itu adalah hoaks, jadi tidak perlu khawatir dengan informasi menyesatkan tersebut.”
Nomura merujuk pada rumor yang beredar di Hong Kong dan beberapa kota Asia lainnya, yang menyebut akan terjadi gempa bumi atau tsunami besar di Jepang pada bulan Juli. Kabar bohong ini telah membuat beberapa penerbangan dibatalkan dan jadwal layanan dikurangi, sehingga berdampak pada sektor pariwisata.
Ia menyayangkan banyak orang terpengaruh hoaks ini, meski memahami rasa was-was masyarakat terhadap hal yang tidak terlihat.
Rumor ini berawal dari komik Jepang tahun 2022 berjudul “The Future I Saw”, yang bercerita tentang mimpi melihat tsunami dan juga tersedia dalam bahasa Mandarin. Obrolan soal prediksi gempa ini mulai menyebar di media sosial, terutama di Hong Kong, sejak awal tahun ini.
Penulis komik tersebut pernah menarik perhatian publik karena disebut-sebut berhasil “meramalkan” gempa dan tsunami dahsyat di Jepang utara pada 2011 yang menewaskan lebih dari 18.000 orang.
Sebagai negara yang berada di “cincin api” Pasifik, Jepang memang termasuk wilayah dengan aktivitas gempa paling tinggi di dunia.
Tahun lalu, panel ahli seismologi memang sempat mencatat adanya sedikit peningkatan kemungkinan terjadinya gempa mega di pesisir Pasifik Jepang. Pemerintah lalu mengadakan pekan sosialisasi kesiapsiagaan bencana, tetapi justru memicu panic buying, penutupan pantai, dan reaksi berlebihan lainnya.
Nomura menegaskan bahwa meski penting untuk menyampaikan pengetahuan ilmiah, masyarakat juga harus selalu siap siaga sejak dini.
“Di Jepang, gempa bumi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja,” ujarnya. “Saya harap masyarakat bisa memanfaatkan momen ini untuk kembali memeriksa kesiapan menghadapi gempa besar.”
Sc : mainichi