Menu

Dark Mode
Cara Menyiapkan Dokumen Penting untuk Visa Waiver & Imigrasi Jepang Bahasa Jepang Saat Menghadapi Bencana Alam: Gempa & Angin Topan Rune Factory: Guardians of Azuma Rilis di PS5 dan Xbox Series X|S pada 13 Februari Jepang Perketat Aturan Demi Lindungi Lingkungan dari Dampak Pembangunan PLTS Skala Besar Serial Live-Action “Akiba Lost” Tayang 13 Januari, Adaptasi dari Game Misteri Baru Anime The Daily Life of a Single 29-Year-Old Adventurer Rilis Visual Baru dan Umumkan Tanggal Tayang 7 Januari

Culture

Kimochi no Mondai: Kenapa Orang Jepang Tidak Suka Menyatakan Perasaan Secara Langsung?

badge-check


					Kimochi no Mondai: Kenapa Orang Jepang Tidak Suka Menyatakan Perasaan Secara Langsung? Perbesar

Jika kamu pernah berinteraksi dengan orang Jepang, mungkin kamu menyadari bahwa mereka jarang mengungkapkan perasaan secara langsung. Baik dalam percakapan sehari-hari, hubungan romantis, maupun dunia kerja, orang Jepang cenderung memilih ungkapan halus atau isyarat daripada kata-kata lugas.

Fenomena ini sering disebut sebagai “Kimochi no Mondai” (気持ちの問題), yang secara harfiah berarti “masalah perasaan.” Tapi apa sebenarnya yang membuat orang Jepang enggan menyatakan perasaan secara terbuka? Mari kita bahas lebih dalam!


1. Budaya ‘Honne’ dan ‘Tatemae’

Salah satu alasan utama orang Jepang tidak mengungkapkan perasaan secara langsung adalah konsep honne (本音) dan tatemae (建前).

  • Honne → Perasaan atau pendapat pribadi yang sebenarnya.
  • Tatemae → Sikap atau kata-kata yang diungkapkan sesuai dengan norma sosial atau harapan orang lain.

Di Jepang, menjaga keharmonisan sosial itu lebih penting daripada menyampaikan perasaan pribadi. Oleh karena itu, banyak orang lebih memilih untuk menyembunyikan honne mereka dan menunjukkan tatemae agar tidak menimbulkan konflik atau ketidaknyamanan bagi orang lain.

Contohnya:
🔹 Jika seseorang tidak setuju dalam rapat, mereka mungkin hanya mengangguk dan berkata, “Akan saya pertimbangkan,” meskipun dalam hati tidak setuju.
🔹 Jika seseorang tidak ingin pergi ke acara tertentu, mereka mungkin berkata, “Saya akan lihat nanti,” daripada langsung mengatakan “tidak.”


2. Konsep ‘Enryo’: Budaya Menahan Diri

Orang Jepang juga sangat menjunjung tinggi konsep “Enryo” (遠慮), yang berarti sikap menahan diri agar tidak merepotkan orang lain.

Mereka cenderung:
✅ Tidak mengungkapkan keinginan pribadi secara langsung agar tidak dianggap egois.
✅ Tidak mengkritik secara blak-blakan agar tidak menyakiti perasaan orang lain.
✅ Tidak meminta bantuan dengan tegas karena takut merepotkan.

Misalnya, ketika seseorang ditawari makanan, alih-alih langsung bilang “ya,” mereka mungkin berkata “ah, tidak perlu repot-repot…” meskipun sebenarnya mereka ingin menerimanya. Ini adalah bentuk sopan santun yang sudah tertanam dalam budaya Jepang.


3. Pentingnya ‘Wa’ (Harmoni) dalam Budaya Jepang

Di Jepang, ada filosofi “Wa” (和) yang berarti harmoni dan keseimbangan dalam hubungan sosial.

Dalam budaya ini, mengutarakan perasaan secara blak-blakan dianggap bisa mengganggu harmoni, terutama jika berisiko menyinggung atau menyakiti orang lain.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:
🔹 Saat seorang atasan memberikan tugas tambahan, bawahannya mungkin akan menerima tanpa protes meskipun sebenarnya merasa keberatan.
🔹 Dalam hubungan asmara, seseorang mungkin tidak akan langsung mengatakan “Aku cinta kamu” tetapi lebih menunjukkan perasaan lewat tindakan.


4. Ungkapan Tidak Langsung dalam Bahasa Jepang

Bahasa Jepang sendiri memiliki banyak ungkapan tidak langsung yang mencerminkan budaya ini.

🔹 “Kangaete okimasu” (考えておきます) → “Akan saya pikirkan” (Padahal sering berarti “tidak”).
🔹 “Chotto muzukashii desu ne…” (ちょっと難しいですね) → “Sepertinya agak sulit…” (Biasanya berarti “tidak mungkin”).
🔹 “Ii desu yo” (いいですよ) → Bisa berarti “Baik” atau justru “Tidak usah” tergantung konteks.

Karena itu, bagi orang asing, memahami maksud sebenarnya dari jawaban orang Jepang bisa menjadi tantangan tersendiri!


5. Cara Orang Jepang Menunjukkan Perasaan Tanpa Kata-Kata

Meskipun jarang menyatakan perasaan secara eksplisit, orang Jepang memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayang, seperti:

❤️ Melalui tindakan → Misalnya, menyiapkan makanan untuk orang yang mereka sayangi.
😌 Ekspresi wajah dan bahasa tubuh → Sering kali mereka menunjukkan emosi melalui ekspresi halus, seperti senyum kecil atau kontak mata singkat.
🎁 Melalui pemberian hadiah kecil → Seperti membawa omiyage (oleh-oleh) atau memberi hadiah tanpa alasan khusus.

Jadi, walaupun mereka tidak mengatakan “Aku menyukaimu” secara langsung, mereka menunjukkan perhatian melalui perbuatan.


🔹 Orang Jepang cenderung tidak menyatakan perasaan secara langsung karena pengaruh budaya honne dan tatemae, enryo (menahan diri), serta pentingnya menjaga harmoni sosial.
🔹 Mereka lebih suka mengungkapkan perasaan melalui tindakan daripada kata-kata.
🔹 Dalam bahasa Jepang, banyak ungkapan tidak langsung yang perlu dipahami agar tidak salah mengartikan maksud seseorang.

Jadi, jika kamu berinteraksi dengan orang Jepang dan merasa mereka sulit terbuka, jangan buru-buru menganggap mereka tidak peduli. Bisa jadi, mereka hanya mengekspresikan perasaan dengan cara yang lebih halus. 😉

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Shuin: Koleksi Stempel Kuil yang Ada Seninya

6 December 2025 - 17:30 WIB

Budaya “Oseibo” & “Ochūgen”: Hadiah Musiman sebagai Bentuk Terima Kasih ala Jepang

4 December 2025 - 18:30 WIB

Tsumami Zaiku: Seni Merangkai Bunga Kain untuk Hiasan Rambut Jepang

1 December 2025 - 16:45 WIB

Senpāi–Kōhai: Hirarki Sosial Jepang dari Sekolah hingga Dunia Kerja

22 November 2025 - 14:30 WIB

Miai: Perjodohan Ala Jepang yang Tetap Eksis di Era Dating App

21 November 2025 - 13:43 WIB

Trending on Culture