Menu

Dark Mode
Lawson Pertimbangkan Pakai Beras Impor untuk Bento Karena Harga Beras Domestik Naik Empat Kereta Cepat Baru di Jepang Alami Kerusakan, JR East Batalkan dan Tunda Banyak Jadwal Shinkansen Jumlah Turis Asing ke Jepang di Bulan Mei Cetak Rekor Baru 🚃 Apa yang Terjadi Kalau Nggak Sengaja Kurang Bayar di Transportasi Jepang? Tips Bertahan Hidup di Jepang Kalau Gak Bisa Pakai Sumpit Frasa Halus untuk Mengkritik atau Menegur Tanpa Menyakitkan di Bahasa Jepang

Culture

Kimochi no Mondai: Kenapa Orang Jepang Tidak Suka Menyatakan Perasaan Secara Langsung?

badge-check


					Kimochi no Mondai: Kenapa Orang Jepang Tidak Suka Menyatakan Perasaan Secara Langsung? Perbesar

Jika kamu pernah berinteraksi dengan orang Jepang, mungkin kamu menyadari bahwa mereka jarang mengungkapkan perasaan secara langsung. Baik dalam percakapan sehari-hari, hubungan romantis, maupun dunia kerja, orang Jepang cenderung memilih ungkapan halus atau isyarat daripada kata-kata lugas.

Fenomena ini sering disebut sebagai “Kimochi no Mondai” (気持ちの問題), yang secara harfiah berarti “masalah perasaan.” Tapi apa sebenarnya yang membuat orang Jepang enggan menyatakan perasaan secara terbuka? Mari kita bahas lebih dalam!


1. Budaya ‘Honne’ dan ‘Tatemae’

Salah satu alasan utama orang Jepang tidak mengungkapkan perasaan secara langsung adalah konsep honne (本音) dan tatemae (建前).

  • Honne → Perasaan atau pendapat pribadi yang sebenarnya.
  • Tatemae → Sikap atau kata-kata yang diungkapkan sesuai dengan norma sosial atau harapan orang lain.

Di Jepang, menjaga keharmonisan sosial itu lebih penting daripada menyampaikan perasaan pribadi. Oleh karena itu, banyak orang lebih memilih untuk menyembunyikan honne mereka dan menunjukkan tatemae agar tidak menimbulkan konflik atau ketidaknyamanan bagi orang lain.

Contohnya:
🔹 Jika seseorang tidak setuju dalam rapat, mereka mungkin hanya mengangguk dan berkata, “Akan saya pertimbangkan,” meskipun dalam hati tidak setuju.
🔹 Jika seseorang tidak ingin pergi ke acara tertentu, mereka mungkin berkata, “Saya akan lihat nanti,” daripada langsung mengatakan “tidak.”


2. Konsep ‘Enryo’: Budaya Menahan Diri

Orang Jepang juga sangat menjunjung tinggi konsep “Enryo” (遠慮), yang berarti sikap menahan diri agar tidak merepotkan orang lain.

Mereka cenderung:
✅ Tidak mengungkapkan keinginan pribadi secara langsung agar tidak dianggap egois.
✅ Tidak mengkritik secara blak-blakan agar tidak menyakiti perasaan orang lain.
✅ Tidak meminta bantuan dengan tegas karena takut merepotkan.

Misalnya, ketika seseorang ditawari makanan, alih-alih langsung bilang “ya,” mereka mungkin berkata “ah, tidak perlu repot-repot…” meskipun sebenarnya mereka ingin menerimanya. Ini adalah bentuk sopan santun yang sudah tertanam dalam budaya Jepang.


3. Pentingnya ‘Wa’ (Harmoni) dalam Budaya Jepang

Di Jepang, ada filosofi “Wa” (和) yang berarti harmoni dan keseimbangan dalam hubungan sosial.

Dalam budaya ini, mengutarakan perasaan secara blak-blakan dianggap bisa mengganggu harmoni, terutama jika berisiko menyinggung atau menyakiti orang lain.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:
🔹 Saat seorang atasan memberikan tugas tambahan, bawahannya mungkin akan menerima tanpa protes meskipun sebenarnya merasa keberatan.
🔹 Dalam hubungan asmara, seseorang mungkin tidak akan langsung mengatakan “Aku cinta kamu” tetapi lebih menunjukkan perasaan lewat tindakan.


4. Ungkapan Tidak Langsung dalam Bahasa Jepang

Bahasa Jepang sendiri memiliki banyak ungkapan tidak langsung yang mencerminkan budaya ini.

🔹 “Kangaete okimasu” (考えておきます) → “Akan saya pikirkan” (Padahal sering berarti “tidak”).
🔹 “Chotto muzukashii desu ne…” (ちょっと難しいですね) → “Sepertinya agak sulit…” (Biasanya berarti “tidak mungkin”).
🔹 “Ii desu yo” (いいですよ) → Bisa berarti “Baik” atau justru “Tidak usah” tergantung konteks.

Karena itu, bagi orang asing, memahami maksud sebenarnya dari jawaban orang Jepang bisa menjadi tantangan tersendiri!


5. Cara Orang Jepang Menunjukkan Perasaan Tanpa Kata-Kata

Meskipun jarang menyatakan perasaan secara eksplisit, orang Jepang memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayang, seperti:

❤️ Melalui tindakan → Misalnya, menyiapkan makanan untuk orang yang mereka sayangi.
😌 Ekspresi wajah dan bahasa tubuh → Sering kali mereka menunjukkan emosi melalui ekspresi halus, seperti senyum kecil atau kontak mata singkat.
🎁 Melalui pemberian hadiah kecil → Seperti membawa omiyage (oleh-oleh) atau memberi hadiah tanpa alasan khusus.

Jadi, walaupun mereka tidak mengatakan “Aku menyukaimu” secara langsung, mereka menunjukkan perhatian melalui perbuatan.


🔹 Orang Jepang cenderung tidak menyatakan perasaan secara langsung karena pengaruh budaya honne dan tatemae, enryo (menahan diri), serta pentingnya menjaga harmoni sosial.
🔹 Mereka lebih suka mengungkapkan perasaan melalui tindakan daripada kata-kata.
🔹 Dalam bahasa Jepang, banyak ungkapan tidak langsung yang perlu dipahami agar tidak salah mengartikan maksud seseorang.

Jadi, jika kamu berinteraksi dengan orang Jepang dan merasa mereka sulit terbuka, jangan buru-buru menganggap mereka tidak peduli. Bisa jadi, mereka hanya mengekspresikan perasaan dengan cara yang lebih halus. 😉

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Daruma: Boneka Bulat Simbol Ketekunan dan Keberuntungan Orang Jepang

17 June 2025 - 17:30 WIB

Torii: Gerbang Sakral, Simbol Batas Dunia Manusia dan Dewa di Jepang

16 June 2025 - 20:00 WIB

Kenapa Trotoar di Jepang Bersih Meski Tempat Sampah Langka?

14 June 2025 - 20:00 WIB

‘Yakudoshi’: Tahun Sial dalam Hidup Orang Jepang

12 June 2025 - 17:30 WIB

Ofuda & Omikuji: Jimat dan Ramalan yang Disimpan Diam-Diam di Jepang

11 June 2025 - 18:30 WIB

Trending on Culture