Angka, di banyak budaya, seringkali tidak hanya berfungsi sebagai alat hitung, tetapi juga memiliki makna simbolis atau bahkan takhayul. Di Jepang, fenomena ini sangat terasa pada angka empat (四) dan angka sembilan (九). Kedua angka ini seringkali dihindari karena dianggap membawa kesialan. Mengapa demikian? Rahasianya ada pada pelafalan mereka yang mirip dengan kata-kata lain yang bermakna negatif.
Angka Empat (四): Bayangan Kematian
Angka empat dalam bahasa Jepang bisa dibaca sebagai shi
(し). Nah, di sinilah letak masalahnya. Pelafalan shi
ini sama persis dengan kata shi
(死) yang berarti “kematian”. Karena kemiripan bunyi inilah, angka empat menjadi angka yang paling dihindari di Jepang.
Dampak dalam Kehidupan Sehari-hari:
- Bangunan: Kamu akan jarang menemukan lantai 4 atau kamar nomor 4 di hotel, rumah sakit, atau apartemen. Seringkali, lantai 3 langsung diikuti oleh lantai 5, atau angka 4 diganti dengan huruf.
- Hadiah: Memberikan hadiah berjumlah empat buah (misalnya empat piring atau empat gelas) dianggap tabu karena bisa diartikan sebagai “mengundang kematian” bagi penerima.
- Peristiwa Penting: Orang Jepang akan menghindari perencanaan acara penting atau operasi di tanggal 4, atau membeli sesuatu dalam jumlah 4.
Untuk mengatasi ketidaknyamanan ini, angka empat kadang-kadang dibaca dengan cara lain, yaitu yon
(よん), terutama dalam percakapan sehari-hari. Meski demikian, konotasi negatif shi
tetap kuat tertanam dalam alam bawah sadar budaya.
Angka Sembilan (九): Menghadapi Penderitaan
Sama seperti angka empat, angka sembilan juga punya konotasi negatif. Angka sembilan dalam bahasa Jepang bisa dibaca ku
(く). Pelafalan ku
ini kebetulan mirip dengan kata ku
(苦) yang berarti “penderitaan,” “kesulitan,” atau “sakit”.
Dampak dalam Kehidupan Sehari-hari:
- Rumah Sakit: Nomor kamar atau lantai 9 sering dihindari di rumah sakit karena diasosiasikan dengan penderitaan pasien.
- Hari Penting: Tanggal 9 juga kadang dihindari untuk memulai sesuatu yang baru atau penting, karena takut akan membawa kesulitan.
- Pengiriman: Dalam beberapa kasus, pengiriman barang dalam jumlah 9 juga bisa dihindari, meskipun tidak sekuat angka empat.
Meskipun ku
juga bisa dibaca kyuu
(きゅう) yang lebih netral, terutama saat berhitung atau menyatakan jumlah, konotasi negatif ku
tetap ada dan dipertimbangkan dalam situasi-situasi tertentu.
Fenomena Takhayul Angka di Berbagai Budaya
Angka-angka pembawa sial seperti 4 dan 9 di Jepang bukanlah fenomena unik. Di banyak budaya lain juga ada angka yang dianggap membawa keberuntungan atau kesialan:
- Angka 13: Di Barat, angka 13 (terutama hari Jumat tanggal 13) dianggap sial. Ini disebut Triskaidekaphobia.
- Angka 17: Di Italia, angka 17 dianggap sial.
- Angka 8: Di Tiongkok, angka 8 dianggap sangat beruntung karena pelafalannya
ba
(八) mirip denganfa
(发) yang berarti “kemakmuran” atau “kekayaan.”
Konsep “angka sial” di Jepang, terutama pada angka empat dan sembilan, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh bahasa dan fonetik dalam membentuk takhayul dan keyakinan budaya. Ini bukan sekadar mitos tanpa dasar, melainkan cerminan dari bagaimana bunyi sebuah kata bisa memicu asosiasi yang kuat dalam pikiran masyarakat. Memahami hal ini memberikan kita wawasan yang lebih dalam tentang keunikan budaya Jepang dan bagaimana tradisi lisan dapat membentuk pandangan dunia mereka.