Dalam budaya kerja Jepang, ada satu nilai fundamental yang menjadi dasar dari semua interaksi bisnis dan profesionalisme, yaitu Makoto (誠). Kata ini secara harfiah berarti “kejujuran” atau “ketulusan,” tetapi dalam konteks etos kerja Jepang, Makoto lebih dari sekadar berkata jujur—ini tentang mengabdikan diri sepenuhnya dengan hati yang tulus dalam segala hal yang dilakukan.
Bagaimana filosofi ini membentuk dunia kerja di Jepang? Mengapa perusahaan Jepang sangat menjunjung tinggi konsep ini? Mari kita telusuri lebih dalam.
Apa Itu Makoto?
1. Lebih dari Sekadar Kejujuran
Makoto bukan hanya tentang tidak berbohong atau menepati janji, tetapi juga tentang berkomitmen penuh terhadap tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati. Dalam dunia kerja, ini berarti bekerja dengan kesungguhan tanpa kepura-puraan atau kepentingan pribadi.
Orang yang memiliki Makoto akan:
✔ Berusaha memberikan yang terbaik, bukan hanya untuk keuntungan pribadi tetapi juga untuk tim dan perusahaan.
✔ Menepati janji dan komitmen tanpa perlu diingatkan.
✔ Bekerja dengan integritas tinggi, meskipun tidak ada yang mengawasi.
2. Konsep Makoto dalam Sejarah Jepang
Dalam ajaran Bushido (kode etik samurai), Makoto adalah salah satu prinsip utama yang harus dimiliki seorang samurai. Mereka percaya bahwa seorang ksatria sejati harus hidup dengan kejujuran mutlak, di mana kata-kata dan tindakan mereka harus selalu selaras.
Konsep ini kemudian berkembang menjadi etos kerja di era modern, di mana perusahaan Jepang menjadikannya sebagai fondasi dalam membangun hubungan bisnis yang kuat dan berkelanjutan.
Makoto dalam Dunia Kerja Jepang
1. Kejujuran dalam Hubungan Bisnis
Di Jepang, membangun kepercayaan dalam hubungan bisnis adalah hal yang sangat penting. Konsep Makoto mengajarkan bahwa sebuah kesepakatan bisnis bukan hanya soal kontrak tertulis, tetapi juga tentang kepercayaan antar individu dan perusahaan.
Banyak perusahaan Jepang lebih memilih bekerja sama dengan mitra yang menunjukkan ketulusan dan integritas, dibandingkan hanya melihat faktor keuntungan semata.
Contoh nyata:
🔹 Banyak perusahaan Jepang lebih mengutamakan kemitraan jangka panjang dibandingkan transaksi sekali jadi.
🔹 Kesalahan dalam pekerjaan jarang ditutupi—sebaliknya, mereka segera melaporkan dan mencari solusi bersama.
2. Etos Kerja: Berusaha yang Terbaik, Bukan Sekadar Tugas
Di Jepang, pekerja dengan Makoto tidak hanya melakukan pekerjaan karena kewajiban, tetapi karena kesungguhan hati untuk memberikan hasil terbaik.
Contoh nyata di lingkungan kerja:
✔ Seorang pegawai toko yang tetap melayani pelanggan dengan ramah meskipun hari itu sedang merasa lelah.
✔ Seorang insinyur yang bekerja lembur bukan karena tekanan atasan, tetapi karena ia ingin memastikan produknya sempurna.
3. Ketulusan dalam Pelayanan: Omotenashi dan Makoto
Konsep Omotenashi (keramahtamahan Jepang) sangat berkaitan dengan Makoto. Dalam pelayanan, orang Jepang selalu berusaha memberikan layanan terbaik dengan ketulusan tanpa mengharapkan imbalan lebih.
Contohnya bisa dilihat di:
🔹 Industri perhotelan, di mana staf melayani dengan perhatian luar biasa tanpa mengharapkan tip.
🔹 Dunia restoran, di mana makanan disiapkan dengan penuh dedikasi agar pelanggan mendapatkan pengalaman terbaik.
Makoto dalam Kehidupan Sehari-hari
Tidak hanya di dunia kerja, Makoto juga diterapkan dalam kehidupan sosial Jepang. Beberapa contoh:
✔ Menjaga janji sekecil apa pun – Jika seseorang berkata “Aku akan meneleponmu nanti,” maka mereka benar-benar akan melakukannya.
✔ Membantu orang lain dengan tulus – Jika ada seseorang yang tersesat, orang Jepang sering dengan sabar membantu tanpa mengharapkan balasan.
✔ Menghargai barang dan pekerjaan orang lain – Jika seseorang meminjam barang, mereka akan mengembalikannya dalam kondisi sebaik mungkin.
Apakah Makoto Masih Bertahan di Era Modern?
Di era globalisasi dan persaingan bisnis yang ketat, ada kekhawatiran bahwa nilai-nilai seperti Makoto mulai terkikis. Beberapa perusahaan mulai lebih fokus pada keuntungan cepat daripada membangun kepercayaan jangka panjang.
Namun, banyak perusahaan besar Jepang masih memegang teguh prinsip ini, dan bahkan makin dihargai di tingkat global karena filosofi bisnisnya yang berbasis kepercayaan dan integritas.
Selain itu, dalam era digital saat ini, perusahaan dan individu yang menerapkan Makoto cenderung lebih dihormati dan dipercaya, baik dalam dunia kerja maupun dalam hubungan sosial.
Filosofi Makoto mengajarkan bahwa kejujuran dan ketulusan bukan hanya nilai moral, tetapi juga kunci keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupan.
Di Jepang, bekerja atau berbisnis dengan Makoto berarti:
✅ Selalu bertindak dengan integritas dan kesungguhan.
✅ Menghargai kepercayaan dan komitmen jangka panjang.
✅ Memberikan yang terbaik, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain.
Dalam dunia yang semakin kompetitif, filosofi ini tetap menjadi pedoman penting bagi siapa saja yang ingin membangun hubungan profesional yang kuat dan menciptakan kesuksesan yang berkelanjutan.