Jepang kembali mencatat penurunan jumlah kelahiran pada tahun 2024, dengan hanya 720.988 bayi lahir sepanjang tahun, turun 5 persen dari tahun sebelumnya. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan yang dirilis Kamis (15/2) menunjukkan bahwa angka ini menjadi rekor terendah selama sembilan tahun berturut-turut.
Penurunan kelahiran ini terjadi di seluruh 47 prefektur Jepang, bahkan lebih cepat dari perkiraan pemerintah.
Sementara itu, jumlah kematian di Jepang pada 2024 mencapai 1.618.684 orang, meningkat 28.181 dari tahun sebelumnya. Ini menyebabkan penurunan alami populasi sebesar 897.696 orang, angka tertinggi yang pernah tercatat.
Meski jumlah pernikahan mengalami kenaikan 10.718 pasangan dibanding 2023, dengan total 499.999 pasangan, angka ini masih jauh lebih rendah dibanding dekade-dekade sebelumnya.
Lebih mengkhawatirkan lagi, jumlah bayi yang lahir dari pasangan berkewarganegaraan Jepang saja—yang datanya akan dirilis Juni nanti—diperkirakan turun di bawah 700.000 untuk pertama kalinya. Padahal, Lembaga Nasional Riset Kependudukan dan Jaminan Sosial sebelumnya memprediksi angka ini baru akan terjadi pada 2038.
Dengan tren ini, Jepang menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan populasinya dan menghindari dampak besar terhadap ekonomi dan sistem kesejahteraan sosial di masa depan.
Sc ; JT