Menteri Keuangan Jepang, Katsunobu Kato, membantah tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa Jepang sengaja melemahkan yen. Kato menegaskan bahwa intervensi mata uang yang dilakukan pada 2022 dan 2023 bertujuan untuk mengoreksi depresiasi yen yang berlebihan, bukan sebagai manipulasi. Jepang juga tetap berkomitmen terhadap prinsip-prinsip Kelompok Tujuh (G7) dalam menjaga stabilitas nilai tukar.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mendukung pernyataan Kato, menegaskan bahwa Jepang tidak menerapkan kebijakan yen lemah. Perdana Menteri Shigeru Ishiba, setelah pertemuan dengan AS, juga berjanji untuk tetap berkoordinasi erat dengan otoritas keuangan AS terkait isu mata uang. Tuduhan Trump memengaruhi pasar valuta asing, dengan yen menguat pada 4 Maret 2025 hingga mencapai 148 yen per dolar AS.
Ketegangan perdagangan antara AS dan Jepang kembali meningkat, seiring dengan kritik Trump terhadap kebijakan ekonomi Jepang, termasuk dugaan manipulasi mata uang. Namun, Kato menegaskan Jepang tetap mematuhi aturan perdagangan internasional dan tidak akan melakukan tindakan yang merusak sistem perdagangan global.
Pernyataan Jepang mencerminkan upaya mempertahankan hubungan baik dengan AS, sambil menegaskan bahwa kebijakan mata uang mereka bertujuan menjaga stabilitas pasar. Ketegangan perdagangan ini berpotensi berdampak negatif pada ekonomi global, sehingga diperlukan dialog dan kerja sama antara kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan mereka.
Sc ; mainichi