Bahasa Jepang dikenal sebagai salah satu bahasa dengan struktur tata bahasa yang kaya akan nuansa kesopanan. Salah satu bentuk tata bahasa yang sering digunakan untuk menunjukkan kesopanan adalah bentuk pasif. Dalam bahasa Jepang, bentuk pasif tidak hanya berfungsi untuk menyatakan bahwa subjek menerima tindakan, tetapi juga digunakan untuk memberikan kesan lebih sopan dan menghormati lawan bicara. Artikel ini akan membahas bagaimana bentuk pasif diterapkan dalam berbagai situasi untuk tujuan kesopanan.
Apa Itu Bentuk Pasif dalam Bahasa Jepang?
Secara umum, bentuk pasif dalam bahasa Jepang terbentuk dengan menambahkan akhiran tertentu pada kata kerja. Berikut adalah pola dasar pembentukan bentuk pasif:
- Kata kerja golongan 1 (godan): Ubah huruf vokal terakhir menjadi “-a” dan tambahkan れる (reru). Contoh:
- 食べる (“makan”) menjadi 食べられる (“dimakan”).
- Kata kerja golongan 2 (ichidan): Tambahkan langsung られる (rareru). Contoh:
- 言う (“mengatakan”) menjadi 言われる (“dikatakan”).
- Kata kerja tidak beraturan: Bentuk pasif berbeda untuk setiap kata. Contoh:
- する (“melakukan”) menjadi される (“dilakukan”).
- 来る (“datang”) menjadi こられる (“didatangi”).
Bentuk Pasif untuk Kesopanan
Dalam komunikasi sehari-hari, bentuk pasif digunakan untuk menjaga kesopanan dengan cara menghilangkan kesan langsung atau kasar dalam ucapan. Berikut adalah beberapa situasi umum:
1. Menyampaikan Kritik atau Komentar Negatif
Menggunakan bentuk pasif untuk menyampaikan kritik dapat membuat ucapan terdengar lebih lembut dan tidak menyalahkan langsung. Misalnya:
- Aktif: 今日のミーティングでミスをした。 (Kyou no miitingu de misu wo shita.) “Saya membuat kesalahan dalam rapat hari ini.”
- Pasif: 今日のミーティングでミスがされた。 (Kyou no miitingu de misu ga sareta.) “Kesalahan terjadi dalam rapat hari ini.”
Bentuk pasif di sini menghilangkan subjek pelaku kesalahan sehingga terasa lebih netral.
2. Meminta Tolong Secara Halus
Bentuk pasif sering digunakan dalam situasi di mana seseorang ingin meminta bantuan secara tidak langsung.
- Contoh: 「この文章が修正されますように。」 (Kono bunshou ga shuusei saremasu you ni.) “Semoga dokumen ini bisa diperbaiki.”
Dengan menggunakan pasif, permintaan terdengar lebih sopan karena tidak langsung memerintahkan lawan bicara.
3. Mengungkapkan Perasaan dengan Lebih Formal
Dalam situasi formal, bentuk pasif dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan tertentu dengan kesan yang lebih sopan.
- Contoh: 「あなたのご努力が評価されています。」 (Anata no gonouryoku ga hyouka sarete imasu.) “Usaha Anda dihargai.”
Bentuk ini memberikan penghormatan kepada lawan bicara sekaligus menyampaikan penghargaan secara profesional.
Keuntungan Menggunakan Bentuk Pasif
- Menghindari Nada Kasar: Bentuk pasif membantu ucapan terdengar lebih halus dan sopan.
- Netralitas: Dalam komunikasi formal atau profesional, bentuk pasif dapat menghindari penunjukan langsung kepada pihak tertentu.
- Meningkatkan Kesopanan: Pasif memberikan kesan menghormati pendengar, terutama dalam lingkungan bisnis atau akademik.
Bentuk pasif dalam bahasa Jepang bukan hanya alat tata bahasa, tetapi juga cerminan budaya kesopanan yang mendalam. Dengan memahami dan menggunakan bentuk pasif dengan tepat, kita dapat berkomunikasi lebih efektif dan menghormati norma-norma sosial Jepang. Jika Anda ingin meningkatkan kemampuan bahasa Jepang Anda, cobalah berlatih menggunakan bentuk pasif dalam berbagai konteks untuk memahami nuansa dan kesopanan yang terkandung di dalamnya.