Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba pada Senin (10/2) menegaskan bahwa Jepang “tidak berniat memihak” setelah perselisihan luar biasa antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Ukraina Volodymyr Zelenskyy pekan lalu di Gedung Putih.
Berbicara dalam rapat Komite Anggaran di Dewan Perwakilan Jepang, Ishiba mengaku terkejut dengan ketegangan yang terjadi secara terbuka antara Trump dan Zelenskyy. Perselisihan itu berakhir tanpa adanya kesepakatan terkait sumber daya mineral penting dan berujung pada Zelenskyy yang dikeluarkan dari Gedung Putih.
“Dari apa yang saya lihat di TV dan berita, saya tidak habis pikir bagaimana ini bisa terjadi,” ujar Ishiba ketika ditanya mengenai insiden tersebut yang terekam langsung oleh kamera pada Jumat lalu.
Namun, Ishiba berupaya menjaga keseimbangan sikap Jepang sebagai satu-satunya anggota Kelompok Tujuh (G7) dari Asia, di tengah aliansinya dengan AS dan dukungan panjangnya terhadap Ukraina dalam melawan invasi Rusia yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
“Kami tidak berniat memihak, tetapi yang paling penting adalah menjaga persatuan G7,” kata Ishiba. “Kami ingin berupaya lebih lanjut untuk melihat bagaimana mempertahankan keterlibatan AS serta menjaga persatuan G7 secara keseluruhan.”
Pada Sabtu, Ishiba juga menekankan bahwa Jepang “harus melakukan segala yang bisa dilakukan” untuk mencegah perpecahan antara AS, Ukraina, dan G7.
“Ini bukan sesuatu yang harus dihadapi dengan emosi yang bertentangan,” katanya, seraya menambahkan bahwa diplomasi yang didukung dengan empati dan ketekunan diperlukan untuk mencapai perdamaian.
Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah Jepang sekaligus Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mempertegas pernyataan Ishiba, dengan menyatakan bahwa Tokyo tengah mengamati perkembangan internasional dengan penuh perhatian.
Pernyataan Ishiba muncul di tengah pertemuan para pemimpin Eropa dalam KTT Keamanan di London pada Senin, di mana mereka menyoroti dukungan luas terhadap Ukraina serta upaya untuk membawa Zelenskyy kembali ke meja perundingan dengan Trump. Inggris dan Prancis kini berupaya membentuk “koalisi negara yang bersedia” untuk ikut serta dalam pasukan penjaga perdamaian dan menjamin stabilitas Ukraina di masa depan.
Sc : NNA