Awal tahun ini, polisi Jepang menemukan lebih dari 20 warga Vietnam tinggal bersama di sekelompok motel terbengkalai di Bando, Prefektur Ibaraki, sekitar 50 km timur laut Tokyo. Komunitas tersebut mencakup fasilitas seperti restoran dan karaoke.
Menurut sumber investigasi, para warga Vietnam yang kini telah dideportasi itu diyakini sebagai pekerja magang teknis yang kabur dari perusahaan Jepang tempat mereka bekerja karena upah rendah atau perlakuan kasar dari atasan. Mereka ditemukan tinggal di sekitar 10 motel kosong yang dimiliki oleh seorang eksekutif perusahaan asal Vietnam berusia 40 tahun, yang kini didakwa atas tuduhan membantu mereka tinggal secara ilegal dengan menyediakan tempat tinggal.
Sumber menyebutkan bahwa eksekutif tersebut mengaku kepada polisi bahwa dia menyediakan tempat tinggal atas permintaan kelompok yang terlibat dengan imigran ilegal. Setiap kamar ditempati oleh 2-4 orang dengan biaya sewa sekitar 40.000 yen per bulan.
Area motel ini berada di jalan kerikil yang mengarah dari jalan raya, tersusun dalam bentuk huruf U, dan salah satu bangunan masih menampilkan papan bertuliskan “Restoran Vietnam.” Mayoritas warga Vietnam yang tinggal di sana datang ke Jepang sebagai pekerja magang teknis, namun memilih meninggalkan pekerjaan karena lingkungan kerja yang buruk. Para pekerja ini awalnya tinggal bersama di Prefektur Chiba sebelum pindah ke motel-motel tersebut setelah mendapatkan informasi melalui media sosial.
Di Jepang, angka pekerja magang asing yang menghilang karena kondisi kerja buruk terus meningkat, mencapai rekor 9.753 orang pada tahun 2023. Dari jumlah tersebut, Vietnam berada di posisi teratas dengan 5.481 kasus.
Seorang penduduk sekitar mengeluhkan suara karaoke dan keramaian yang berlangsung sepanjang malam, mengganggu ketenangan di lingkungan tersebut.
Sc : kyodo