Sebuah organisasi kesejahteraan sosial di Takamatsu, Prefektur Kagawa, Jepang barat, sedang mengembangkan transformasi digital untuk mendukung staf asing sekaligus meningkatkan kualitas perawatan bagi penghuni panti jompo.
Digitalisasi untuk Efisiensi dan Komunikasi Lebih Baik
Koujyukai, organisasi kesejahteraan sosial tersebut, menerapkan teknologi seperti kamera berbasis AI untuk memantau keamanan penghuni dan aplikasi ponsel pintar untuk mengelola tugas perawatan. Inovasi ini bertujuan mengurangi hambatan bahasa yang sering dihadapi oleh pekerja asing, seperti peserta pelatihan teknis, sehingga pekerjaan dapat berjalan lebih lancar dan efisien.
Di fasilitas perawatan khusus Akane, kamera AI dipasang di kamar penghuni yang berisiko tinggi terjatuh. Kamera ini mendeteksi aktivitas penghuni seperti bangun dari tempat tidur atau tergelincir, dan memberikan notifikasi ke ponsel staf. Dengan teknologi ini, staf dapat memutuskan kebutuhan kunjungan berdasarkan informasi yang terlihat di aplikasi mereka.
Menurut Tetsuya Yoshioka, Ketua Koujyukai, survei menunjukkan bahwa 86% staf merasa lebih tenang mengenai risiko jatuh penghuni selama shift malam mereka.
Krisis Kekurangan Tenaga Kerja di Jepang
Jepang menghadapi kekurangan tenaga kerja yang semakin serius di bidang perawatan lansia. Kementerian Tenaga Kerja Jepang memperkirakan kebutuhan 2,4 juta tenaga perawatan secara nasional pada tahun fiskal 2026, sementara pada tahun 2022 hanya terdapat sekitar 2,15 juta tenaga kerja. Di wilayah Shikoku, kebutuhan diperkirakan mencapai 84.000 staf, naik dari 79.000 pada tahun 2022.
Dengan populasi yang terus menurun, permintaan terhadap pekerja asing muda di daerah terpencil semakin meningkat. Untuk mengakomodasi kebutuhan ini, Koujyukai menginvestasikan sekitar 30 juta yen (sekitar Rp3,95 miliar) menggunakan bantuan dari kementerian tenaga kerja dan organisasi lainnya.
Sistem yang Mendukung Staf Pemula
Sistem manajemen berbasis aplikasi ponsel pintar memberikan akses langsung ke rencana perawatan harian, catatan penghuni, hingga metode penanganan spesifik. Dengan fitur ini, pekerja dapat menghindari kesalahan dan memastikan perawatan yang sesuai meski pengalaman mereka masih terbatas.
Sri Lestari, seorang staf asal Indonesia, mengatakan, “Karena saya bisa memeriksa poin penting dan metode perawatan sebelum bekerja, ini membantu saya menghindari kesalahan.”
Yin Thu Zar dari Myanmar, yang telah bekerja di fasilitas tersebut hampir enam tahun, menambahkan bahwa sistem ini memudahkan transisi kerja meskipun ada pergantian tugas atau cuti.
Pengakuan dan Harapan ke Depan
Pada Oktober, Badan Pelayanan Kesejahteraan dan Medis Jepang (WAM) mengakui transformasi digital Koujyukai sebagai “inisiatif manajemen unggulan.” Koujyukai kini sering diminta memberikan ceramah tentang penerapan teknologi di fasilitas perawatan.
Meskipun teknologi digital mendukung efisiensi, Yoshioka menekankan bahwa kehadiran manusia tetap tak tergantikan dalam perawatan lansia. “Upaya para pekerja muda dengan senyuman mereka memberikan energi baru kepada pengguna kami. Kami ingin terus menciptakan lingkungan kerja yang adil, nyaman, dan bebas tekanan,” tutup Yoshioka.
Sc : mainichi