Gelombang serangan beruang di wilayah timur laut Jepang (Tohoku) mulai mengganggu industri pariwisata lokal, dengan banyak wisatawan membatalkan kunjungan mereka selama musim puncak melihat daun maple yang biasanya menjadi andalan ekonomi daerah. Di Prefektur Iwate saja, lima orang telah tewas dalam serangan beruang sejak April, termasuk seorang pria di area Gembi yang ditemukan meninggal di luar rumahnya pada akhir Oktober.
Kawasan Gembikei yang terkenal dengan pemandangan musim gugurnya kini sepi pengunjung. Manajer sebuah fasilitas wisata setempat mengaku jumlah pengunjung menurun drastis, diduga karena pemberitaan serangan beruang di wilayah tersebut. Lebih parah lagi, hotel-hotel di kawasan onsen mengalami pembatalan reservasi hingga 20 persen, dengan penurunan pengunjung pemandian umum mencapai 70 persen pada hari tertentu.
“Ini sangat berat karena terjadi tepat di musim puncak,” keluh Hironori Takahashi, perwakilan penginapan Motoyugeto yang terletak sekitar 7 km dari lokasi serangan fatal di Kitakami. Beberapa bisnis onsen bahkan terpaksa menutup area pemandian terbuka mereka sebagai langkah pencegahan.
Di Prefektur Akita yang bertetangga, Taman Senshu yang populer untuk melihat daun maple harus ditutup berulang kali setelah terus menerus ada laporan penampakan beruang. Meski sempat dibuka kembali pada Selasa, taman itu harus ditutup lagi hanya beberapa jam kemudian karena munculnya beruang baru.
Eri Aoki, wisatawan asal Tokyo berusia 30 tahun, mengaku membatalkan rencana berkunjung ke onsen di wilayah tersebut awal November. “Menakutkan mengetahui beruang muncul di kawasan permukiman. Saya akan kembali setelah mereka hibernasi di musim dingin,” ujarnya.
Pemerintah kota Osaki di Prefektur Miyagi merespons dengan memasang tanda peringatan “Waspada Beruang” dalam empat bahasa di kawasan ngarai Narukokyo, sekaligus meningkatkan patroli keamanan. “Kami ingin meningkatkan kesadaran semua pengunjung, tanpa terkecuali, tentang risiko beruang,” tegas pejabat setempat.
Dengan total 13 kematian akibat serangan beruang di seluruh Jepang sejak April, wilayah Tohoku kini menghadapi tantangan berat: melindungi keselamatan warga dan wisatawan sambil mempertahankan pendapatan dari sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi regional.
Sc : KN







