Di Jepang, mengunjungi kuil atau shrine bukan hanya soal berdoa dan berjalan-jalan menikmati suasananya. Ada satu tradisi kecil yang semakin populer, baik di kalangan wisatawan maupun warga lokal: mengumpulkan shuin — stempel kuil yang bentuknya bukan sekadar cap tinta, melainkan karya seni kecil yang dibuat langsung oleh para petugas kuil (shasō).
Apa Itu Shuin?
Shuin (朱印) adalah stempel berwarna merah yang diberikan oleh kuil Buddha atau shrine Shinto sebagai bukti kunjungan. Namun isinya bukan sekadar stempel. Biasanya terdiri dari:
-
Hanko berwarna merah (segel kuil)
-
Tulisan tangan kaligrafi yang mencantumkan nama kuil
-
Tanggal kunjungan
-
Kadang ditambah hiasan atau simbol khas kuil tersebut
Karena dibuat secara manual, setiap shuin unik—bahkan dari kuil yang sama pada hari yang berbeda.
Shuincho: Buku Khusus untuk Mengoleksi Stempel

Untuk mengumpulkan shuin, orang Jepang menggunakan buku khusus bernama shuinchō (朱印帳).
Bentuknya seperti buku washi bergaya accordion, dengan sampul kain motif khas Jepang.
Beberapa orang bahkan:
-
Mengoleksi shuinchō dari berbagai tema (bunga sakura, dewa, musim, dsb.)
-
Menjadikannya semacam jurnal perjalanan spiritual
-
Menyimpan sebagai kenangan perjalanan keliling Jepang
Tidak Semua Kuil Memberikan Shuin
Menariknya, tidak semua kuil atau shrine menyediakan shuin.
Ada aturan tidak tertulis:
-
Hanya diberikan kepada pengunjung yang benar-benar menghormati kuil, bukan sekadar “cap hunting”.
-
Ada kuil yang membatasi jam pengambilan shuin.
-
Di beberapa tempat, shuin hanya diberikan setelah Anda melakukan ritual tertentu, seperti menyalakan dupa atau memberikan donasi kecil.
Umumnya, harga shuin berkisar 300–500 yen per satu cap.
Kenapa Banyak Orang Mengumpulkan Shuin?
Alasannya beragam, misalnya:
-
Sebagai kenangan perjalanan yang lebih bermakna daripada foto.
-
Karena nilai artistiknya — kaligrafi Jepang memang indah.
-
Untuk tujuan spiritual, karena dianggap membawa doa dan berkah.
-
Untuk hobi dan koleksi — mirip seperti mengumpulkan perangko, tetapi lebih personal.
Bahkan di kalangan anak muda Jepang, mengoleksi shuin menjadi trend baru karena tampilannya estetik dan bisa dibagikan di media sosial.
Etika Mengambil Shuin
Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan:
-
Jangan meminta petugas untuk mempercepat atau mengubah desain.
-
Tunggu dengan sopan, karena semuanya ditulis manual.
-
Jangan minta shuin tanpa berkunjung ke area utama kuil.
-
Bawa uang tunai, karena biasanya tidak menerima cashless.
Menghormati prosesnya adalah bagian dari tradisi.
Mengoleksi shuin bukan hanya tentang mendapatkan stempel, tetapi menikmati seni, kesakralan, dan suasana kuil Jepang dengan lebih mendalam. Setiap halaman di shuinchō menyimpan jejak perjalanan dan momen yang tidak bisa direplikasi.
Bagi banyak orang, inilah cara paling sederhana namun paling indah untuk membawa pulang sedikit ketenangan dari Jepang.










