Menu

Dark Mode
Mandiri Sejak Dini: Kenapa Anak SD di Jepang Pergi ke Sekolah Sendiri Tanpa Diantar? Fenomena “Friendship Marriage” di Jepang: Menikah Tanpa Cinta dan Seks, Demi Hidup yang Lebih Stabil Jepang Berhasil Lakukan Operasi Kedua Pengambilan Puing Radioaktif dari PLTN Fukushima Yoshi!’ dan ‘Yatta!’: Seruan Semangat ala Jepang Overwatch 2 Umumkan Kolaborasi dengan Gundam Wing untuk Rayakan Ulang Tahun ke-30 Nintendo Switch 2 Tetap Rilis 5 Juni, Pre-Order Dibuka 24 April Setelah Penundaan Akibat Tarif AS

Culture

Shūkatsu dan Nyūsha Shiki: Ritual Penerimaan Kerja yang Unik di Jepang

badge-check


					pict by ouken.co.jp/ Perbesar

pict by ouken.co.jp/

Di Jepang, peralihan dari status mahasiswa ke karyawan bukan sekadar proses administratif—melainkan sebuah ritual budaya yang disebut Shūkatsu (就活) dan Nyūsha Shiki (入社式). Dari seragam interview hingga upacara formal perusahaan, tradisi ini mencerminkan nilai-nilai disiplin, hierarki, dan komitmen dalam dunia kerja Jepang.


Bagian 1: Shūkatsu – “Perang” Mencari Kerja ala Jepang

Apa Itu Shūkatsu?

Shūkatsu (singkatan dari shūshoku katsudō/就職活動) adalah proses panjang pencarian kerja bagi mahasiswa tingkat akhir. Berbeda dengan sistem global, di Jepang:

  • Dimulai sangat awal (biasanya 1,5 tahun sebelum lulus).
  • Proses terstandarisasi dengan aturan ketat.
  • Kompetitif & penuh tekanan – disebut “shūkatsu sensō” (perang pencarian kerja).

Tahapan Shūkatsu

  1. Persiapan (3rd Year University)
    • Membuat rirekisho (CV ala Jepang) dengan foto formal.
    • Latihan wawancara (mensetsu) dan tes kemampuan (SPI Test).
    • Membeli “recruit suit” (seragam hitam-putih standar).
  2. Company Briefing (April-Juni)
    • Perusahaan mengadakan job fair (setsumeikai).
    • Mahasiswa mengumpulkan info dari “OB/OG访问” (kunjungan alumni).
  3. Tes & Wawancara (July-October)
    • Beberapa tahap: tes tulis, wawancara grup (GD), wawancara individu.
    • “内定” (naitei) = surat penerimaan kerja (bisa didapat sebelum lulus).
  4. Penolakan & Stress
    • Kegagalan bisa memicu “shūkatsu byō” (depresi karena job-hunting).
    • Fenomena “就活留年” (menunda lulus untuk terus mencari kerja).

Bagian 2: Nyūsha Shiki – Upacara Penyambutan Karyawan Baru

Apa Itu Nyūsha Shiki?

Nyūsha Shiki adalah upacara resmi penyambutan karyawan baru setiap April (awal tahun fiskal Jepang). Ritual ini penuh simbolisme:

Prosesi Upacara

  1. Seragam Hitam (Recruit Suit 2.0)
    • Karyawan baru wajib memakai setelan hitam polos (tanpa aksesori mencolok).
  2. Pidato & Ikrar
    • CEO menyampaikan visi perusahaan.
    • Karyawan baru bersumpah setia dengan “Yoroshiku onegaishimasu!”
  3. Pertukaran Kartu Nama (Meishi)
    • Simbol resmi menjadi bagian dari perusahaan.
  4. Minum Teh atau Sake Bersama
    • Beberapa perusahaan tradisional mengadakan “kagami biraki” (memecah tutup sake).

Makna Budaya di Balik Ritual Ini

1. Nilai Keseragaman & Hierarki

  • Seragam dan proses standar mencerminkan prinsip “Wa” (harmoni).
  • Senioritas sangat dihormati.

2. Komitmen Seumur Hidup

  • Sistem “shūshin koyō” (kerja seumur hidup) masih berpengaruh.

3. Transisi Status Sosial

  • Dari “gakusei” (mahasiswa) ke “shakaijin” (anggota masyarakat).

Perubahan di Era Modern

  • Freeters & Job Hopping: Generasi muda mulai menolak sistem karir tradisional.
  • Startup & Gaishi-kei: Perusahaan asing/startup tak selalu pakai Nyūsha Shiki.
  • Virtual Shūkatsu: Wawancara online sejak pandemi.

Shūkatsu dan Nyūsha Shiki adalah cerminan etos kerja, disiplin, dan identitas kolektif Jepang. Meski terasa kaku bagi orang asing, ritual ini membentuk budaya korporat yang unik di dunia.

“Di Jepang, diterima kerja bukan akhir—melainkan awal dari sebuah ikatan seumur hidup.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Mandiri Sejak Dini: Kenapa Anak SD di Jepang Pergi ke Sekolah Sendiri Tanpa Diantar?

24 April 2025 - 18:30 WIB

Tidak Ada Kata ‘Tidak’? Cara Orang Jepang Menolak Secara Halus dan Sopan

22 April 2025 - 18:30 WIB

Minta Maaf ala Jepang: Saat ‘Sumimasen’ Bukan Berarti Kamu Bersalah

21 April 2025 - 07:29 WIB

Makan Sendirian Bukan Masalah: Fenomena ‘Solo Dining’ di Jepang

18 April 2025 - 19:30 WIB

Budaya Menyembunyikan Emosi: Kenapa Jarang Ada Ekspresi Emosional yang Terbuka di Jepang?

17 April 2025 - 11:30 WIB

Trending on Culture