Sebuah survei terhadap orang tua di Jepang menunjukkan bahwa banyak dari mereka mempertimbangkan untuk mengundurkan diri atau bahkan benar-benar berhenti dari pekerjaan karena alasan pengasuhan anak. Survei ini dilakukan oleh penyedia informasi lowongan kerja Mynavi pada Februari 2025, dengan target 800 pria dan wanita berusia 20 hingga 49 tahun yang bekerja penuh waktu atau sebagai pegawai negeri, serta memiliki anak di bawah usia sekolah dasar.
Dari responden yang menyatakan bahwa mereka telah mengundurkan diri atau mempertimbangkan untuk melakukannya, 41,3% adalah wanita yang sedang membesarkan anak kedua atau berikutnya, sementara 38% adalah wanita yang baru pertama kali menjadi ibu. Sementara itu, 33,3% pria yang sudah memiliki anak sebelumnya pernah mengundurkan diri atau mempertimbangkannya, dibandingkan dengan 18% dari mereka yang baru menjadi ayah. Secara keseluruhan, 35% responden pernah setidaknya mempertimbangkan untuk berhenti bekerja, mencerminkan sulitnya menyeimbangkan pekerjaan dan pengasuhan bagi pria maupun wanita.
Saat ditanya apa yang mereka butuhkan untuk bisa bekerja secara ideal sambil membesarkan anak, jawaban paling umum dari pria dan wanita adalah memiliki hari libur di akhir pekan. Di kalangan wanita, jawaban kedua yang paling umum adalah memiliki lingkungan kerja yang mendukung saat ingin mengambil cuti karena kehamilan atau merawat anak.
Ada perbedaan besar antara pria dan wanita dalam jumlah hari cuti pengasuhan anak yang diambil. Sekitar 60% wanita mampu mengambil cuti lebih dari satu tahun, sedangkan sekitar 70% pria hanya bisa mengambil cuti kurang dari tiga bulan. Sekitar separuh dari pria yang disurvei menyatakan mereka sebenarnya ingin mengambil cuti lebih dari tiga bulan. Hasil survei ini menunjukkan adanya kesenjangan besar antara harapan ideal dan realitas yang dihadapi para orang tua di Jepang.
Sc : Nippon