Desa Shirakawa di Prefektur Gifu telah merilis sebuah buku panduan wisata yang tidak biasa untuk mengatasi permasalahan overtourism di kawasan Warisan Budaya Dunia UNESCO yang terkenal dengan rumah-rumah tradisional beratap jerami gaya gassho-zukuri.
Panduan bertajuk “Reconnecting Shirakawago” ini menekankan bahwa lanskap desa bukanlah taman hiburan, melainkan area tempat tinggal warga lokal.
Buku panduan tersebut tidak hanya memberikan informasi wisata, tetapi juga membahas tantangan yang dihadapi oleh desa berpenduduk sekitar 1.500 orang serta memberikan imbauan dan etika berkunjung bagi wisatawan.
“Warga desa sudah terlalu lelah untuk selalu menyambut wisatawan dengan tangan terbuka,” ujar seorang pejabat dari bagian promosi pariwisata desa. “Panduan ini dibuat karena kami ingin pengunjung berwisata secara bertanggung jawab.”
Fokus pada Etika, Bukan Objek Wisata
Alih-alih menonjolkan spot terkenal, panduan ini lebih banyak berisi aturan dan etika dasar berkunjung, seperti:
-
Dilarang berwisata di malam hari
-
Larangan merokok di jalan dan membuang puntung rokok sembarangan
-
Tidak boleh menggunakan kembang api atau sumber api lainnya
-
Bawa pulang sampah sendiri
-
Parkir hanya di tempat resmi milik desa
-
Larangan penggunaan drone
Panduan ini juga memuat komik empat panel yang menggambarkan reaksi warga terhadap wisatawan asing yang masuk tanpa izin dan sembarangan berdoa di altar Buddha rumah warga.
Tujuan: Sebar Wisatawan & Ringankan Beban Warga
Jumlah wisatawan melonjak dari 770.000 orang pada tahun 1995 menjadi 2,15 juta pada 2019. Pada 2024, jumlahnya kembali tinggi mencapai 2,08 juta orang, menciptakan kemacetan dan mengganggu aktivitas warga.
Pemerintah desa berharap wisatawan tidak hanya memadati zona utama, tetapi juga menjelajahi area Shirakawago yang lebih luas, seperti Rumah Toyama, Bendungan Miboro, dan kawasan onsen.
Panduan ini disebarkan di kantor Prefektur Gifu di Tokyo dan toko oleh-oleh di Nagoya, serta dapat diunduh melalui situs resmi desa Shirakawa. Pemerintah desa juga tengah mempertimbangkan versi multibahasa agar dapat diakses wisatawan mancanegara.