Jumlah warga asing di Jepang kini tumbuh jauh lebih cepat dari perkiraan. Berdasarkan data pemerintah per Januari, sebanyak 27 kota dan desa di Jepang kini memiliki lebih dari 10 persen penduduk berstatus warga asing, melampaui proyeksi yang diperkirakan baru akan tercapai pada tahun 2070.
Seiring meningkatnya jumlah pekerja asing yang menetap di Jepang untuk mengisi kekurangan tenaga kerja, total warga asing mencapai 3,76 juta orang pada akhir tahun lalu, naik sekitar 350.000 orang dari tahun sebelumnya, yang merupakan kenaikan tertinggi sepanjang sejarah.
Daerah-daerah dengan persentase warga asing di atas rata-rata nasional (3 persen) umumnya merupakan kawasan industri atau destinasi wisata.
Menurut Lembaga Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Jepang (IPSS), porsi warga asing diproyeksikan baru akan mencapai 10,8 persen dari populasi nasional pada tahun 2070. Namun, hampir 80 persen dari 27 wilayah tersebut sudah melampaui angka tersebut saat ini.
Berdasarkan analisis terhadap 1.892 kota, desa, dan distrik administratif, desa Shimukappu di Hokkaido tercatat memiliki proporsi warga asing tertinggi di Jepang, yaitu 36,6 persen. Disusul oleh Akaigawa (Hokkaido), Distrik Ikuno (Osaka), Oizumi (Prefektur Gunma), dan Kutchan (Hokkaido), yang semuanya memiliki penduduk asing lebih dari 20 persen.
Secara keseluruhan, 151 kota dan desa di 27 prefektur memiliki penduduk asing lebih dari 5 persen, sementara hanya dua desa yang tercatat tanpa satu pun warga asing.
Sejak tahun 1960-an, jumlah warga asing di Jepang hanya sekitar 600.000 orang. Namun, setelah revisi Undang-Undang Imigrasi tahun 1990 yang mengizinkan keturunan Jepang tinggal sebagai penduduk jangka panjang, jumlahnya meningkat pesat.
Meskipun sempat menurun akibat krisis keuangan global tahun 2008 dan pandemi COVID-19, populasi warga asing kini memasuki fase pertumbuhan ketiga. Kebijakan baru seperti visa pekerja terampil khusus (tokutei ginou) juga turut mempercepat lonjakan jumlah ini.
Contohnya di desa Onna, Prefektur Okinawa, di mana 12,4 persen penduduknya merupakan warga asing. Sejak berdirinya universitas pascasarjana di wilayah itu 13 tahun lalu, banyak warga asing yang bekerja di hotel dan restoran sekitar.
“Kami tidak melihat adanya peningkatan masalah. Sejauh ini kehidupan bersama berjalan baik,” ujar seorang pejabat desa Onna.
Sc : KN

				
			
                
                




 
 
 
 
 
