Menu

Dark Mode
Budaya Kerja “Hansei”: Refleksi Diri Setelah Gagal Bahasa Jepang untuk Dunia Sekolah dan Pelajar SMA Siap-siap Guys! Poképark Kanto Buka Lebih Cepat dari Rencana, Tiket Mulai Dijual 21 November Enam Warisan Budaya Takbenda Baru dari Jepang Direkomendasikan Masuk Daftar UNESCO Aktor Legendaris Tatsuya Nakadai Meninggal Dunia di Usia 92 Tahun Manga My Marriage to Saneka Akan Berakhir di Bab Berikutnya

Culture

Tradisi Otoshidama: Amplop Uang Anak-Anak Saat Tahun Baru Jepang

badge-check


					Tradisi Otoshidama: Amplop Uang Anak-Anak Saat Tahun Baru Jepang Perbesar

Tahun Baru di Jepang, atau Shōgatsu (正月), selalu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu, terutama bagi anak-anak. Salah satu tradisi paling khas pada perayaan ini adalah Otoshidama (お年玉) — kebiasaan memberikan uang kepada anak-anak dalam amplop kecil yang cantik.

Otoshidama bukan sekadar “uang jajan tahun baru”. Tradisi ini memiliki makna budaya dan simbolik yang dalam. Asal-usulnya bisa ditelusuri dari zaman kuno, ketika masyarakat Jepang mempersembahkan mochi (kue beras) kepada para dewa di awal tahun sebagai bentuk syukur dan harapan agar diberkahi di tahun berikutnya. Setelah upacara, sebagian mochi itu diberikan kepada anak-anak sebagai simbol “berkat tahun baru”. Seiring waktu, bentuknya berubah — dari mochi menjadi uang — namun maknanya tetap sama: doa untuk kesejahteraan dan keberuntungan di tahun yang baru.

Amplop tempat uang itu disimpan disebut pochibukuro (ぽち袋). Ukurannya kecil, dengan desain yang lucu atau elegan — bergambar karakter populer, motif tradisional, atau simbol keberuntungan seperti crane, daruma, dan bunga plum. Biasanya, orang dewasa seperti orang tua, kakek-nenek, atau paman dan bibi memberikan Otoshidama kepada anak-anak di keluarga besar mereka.

Jumlah uang yang diberikan bervariasi tergantung usia anak dan kedekatan hubungan. Misalnya, anak TK mungkin mendapat ¥1.000–¥2.000, sementara siswa SMA bisa menerima ¥5.000–¥10.000. Namun, lebih dari jumlahnya, nilai utama Otoshidama ada pada maknanya: mengajarkan anak-anak menghargai rezeki dan belajar mengelola uang sejak dini.

Menariknya, bagi anak-anak Jepang, Otoshidama sering kali menjadi satu-satunya waktu dalam setahun mereka menerima uang secara langsung. Banyak dari mereka menabungnya untuk membeli sesuatu yang diinginkan, sementara sebagian lagi menyimpannya dengan hati-hati karena menyadari betapa berharganya “hadiah tahun baru” ini.

Kini, meski zaman sudah modern dan pembayaran digital makin umum, tradisi Otoshidama tetap hidup. Beberapa keluarga bahkan mulai menggunakan amplop digital dengan ilustrasi khas Jepang, menunjukkan bagaimana budaya bisa beradaptasi tanpa kehilangan maknanya.

Otoshidama bukan hanya hadiah uang, melainkan simbol kasih sayang keluarga dan harapan baik yang mengalir dari generasi ke generasi — sebuah tradisi kecil yang menjaga hangatnya Tahun Baru Jepang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Budaya Kerja “Hansei”: Refleksi Diri Setelah Gagal

12 November 2025 - 20:00 WIB

Enam Warisan Budaya Takbenda Baru dari Jepang Direkomendasikan Masuk Daftar UNESCO

12 November 2025 - 16:10 WIB

Satoyama: Harmoni Manusia dan Alam di Pedesaan Jepang

10 November 2025 - 06:08 WIB

Gerakan Mingei: Seni Kerajinan Rakyat Jepang yang Hidup hingga Kini

7 November 2025 - 18:30 WIB

Yosakoi: Tarian Enerjik Gabungan Tradisi & Modernitas

6 November 2025 - 11:45 WIB

Trending on Culture