Menu

Dark Mode
Bahasa Jepang di Dunia Medis: Kosakata Rumah Sakit dan Apotek yang Perlu Diketahui Beli SIM Card di Indonesia atau Sewa Wi-Fi di Jepang? Bandingkan Dulu! Gambar dan Video Seksual Buatan AI Menargetkan Anak dan Perempuan Kian Merebak di Jepang Mantan Putri Mako Melahirkan Anak Pertama di New York, Cucu Pertama Pangeran Mahkota Fumihito Jepang Catatkan Rekor Kunjungan Wisatawan Asing, Warga Lokal Justru Makin Jarang Bepergian China Akan Lanjutkan Impor Makanan Laut Jepang Setelah Sempat Dilarang Karena Air Limbah Fukushima

Culture

Budaya Menyembunyikan Emosi: Kenapa Jarang Ada Ekspresi Emosional yang Terbuka di Jepang?

badge-check


					Budaya Menyembunyikan Emosi: Kenapa Jarang Ada Ekspresi Emosional yang Terbuka di Jepang? Perbesar

Pernah merasa bingung karena orang Jepang tetap tersenyum meski situasi sedang tidak menyenangkan? Atau bertanya-tanya kenapa mereka jarang terlihat marah, sedih, atau terlalu bersemangat di depan umum?

Jawabannya ada dalam budaya Jepang yang memprioritaskan harmoni sosial, pengendalian diri, dan rasa malu. Dalam budaya ini, menyembunyikan emosi bukan berarti tidak punya perasaan—tapi justru dianggap sikap dewasa dan terhormat.


😐 1. ‘Honne’ dan ‘Tatemae’: Dua Wajah Sosial

Seperti yang sering dibahas dalam budaya Jepang, ada dua istilah kunci:

Dalam kehidupan sosial, orang Jepang lebih memilih menunjukkan tatemae agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Ekspresi emosional yang terlalu kuat bisa dianggap mengganggu suasana, bahkan tidak sopan.


🤐 2. Emosi = Urusan Pribadi

Budaya Jepang sangat menghargai batasan antara kehidupan pribadi dan ruang publik.
Menunjukkan kesedihan atau kemarahan di depan umum bisa dianggap sebagai:

  • Tanda kurang dewasa.

  • Membebani orang lain secara emosional.

  • Mengundang rasa tidak nyaman.

Itu sebabnya, mereka cenderung menyimpan emosi untuk diri sendiri, atau hanya mengekspresikannya di lingkungan yang sangat privat.


😅 3. Senyum = Topeng Sosial?

Kamu mungkin sering melihat orang Jepang tersenyum, bahkan dalam situasi sulit. Tapi tidak semua senyum adalah senang.

  • Senyum gugup.

  • Senyum untuk menyembunyikan rasa malu.

  • Senyum untuk menghindari konflik.

Senyum adalah bagian dari komunikasi non-verbal yang penting dalam menjaga suasana tetap tenang.


💢 4. Kenapa Jarang Ada Ledakan Emosi Seperti di Drama?

Dalam budaya Jepang, mengontrol diri adalah kualitas yang dihargai tinggi.
Ledakan emosi bisa dianggap:

  • Memalukan (hazukashii 恥ずかしい)

  • Mengganggu keseimbangan sosial

  • Menunjukkan kelemahan

Ini sangat kontras dengan budaya Barat, yang sering menekankan pentingnya mengungkapkan perasaan secara jujur.


🧘 5. Tekanan Budaya Bisa Jadi Beban Emosional

Meskipun terkesan tenang di luar, tidak semua orang mampu menanggung beban emosi dalam diam. Inilah salah satu alasan tingginya angka gangguan kesehatan mental di Jepang.

Fenomena seperti hikikomori (menutup diri dari masyarakat) atau karoshi (kematian karena kerja berlebihan) sebagian berkaitan dengan represi emosi yang terus-menerus.

Orang Jepang mungkin tidak banyak bicara tentang perasaan mereka secara terbuka, tapi bukan berarti mereka tidak merasakannya.

Sebaliknya, diam, senyum, dan sikap tenang adalah bentuk ekspresi yang dalam dalam budaya mereka.
Memahami ini bisa membantu kita berkomunikasi lebih sensitif dan menghargai cara mereka mengekspresikan diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Lebih dari Sekadar Angka: Makna Budaya di Balik Angka Empat dan Sembilan di Jepang

28 May 2025 - 16:30 WIB

Genkan: Batas Suci Antara Dunia Luar dan Kehangatan Rumah Jepang

27 May 2025 - 15:10 WIB

Filosofi di Balik Urutan Nama Orang Jepang: Kenapa Marga Dulu, Baru Nama Asli?

26 May 2025 - 11:30 WIB

Hanko vs Tanda Tangan: Kenapa Orang Jepang Masih Pakai Cap sebagai Identitas Resmi?

24 May 2025 - 18:30 WIB

Kouhai dan Senpai: Sistem Hierarki di Sekolah dan Tempat Kerja Jepang

22 May 2025 - 17:30 WIB

Trending on Culture