Menu

Dark Mode
39% Penduduk yang Tinggal di Jepang Merasa Kesepian ‘Daijoubu Desu’ Bisa Berarti Ya dan Tidak? Ini Penjelasannya Kenapa Banyak Orang Jepang Memilih Tidak Menikah atau Punya Anak? Tips Booking Tiket Pesawat ke Jepang dengan Harga Terbaik Wanita 21 Tahun di Nagoya Ditangkap karena Tinggalkan Jenazah Bayinya di Balkon Apartemen Film Live-Action Mieruko-chan Rilis Video Lagu Tema oleh BABYMONSTER, Tampilkan Cuplikan Baru

Culture

Budaya Menyembunyikan Emosi: Kenapa Jarang Ada Ekspresi Emosional yang Terbuka di Jepang?

badge-check


					Budaya Menyembunyikan Emosi: Kenapa Jarang Ada Ekspresi Emosional yang Terbuka di Jepang? Perbesar

Pernah merasa bingung karena orang Jepang tetap tersenyum meski situasi sedang tidak menyenangkan? Atau bertanya-tanya kenapa mereka jarang terlihat marah, sedih, atau terlalu bersemangat di depan umum?

Jawabannya ada dalam budaya Jepang yang memprioritaskan harmoni sosial, pengendalian diri, dan rasa malu. Dalam budaya ini, menyembunyikan emosi bukan berarti tidak punya perasaan—tapi justru dianggap sikap dewasa dan terhormat.


😐 1. ‘Honne’ dan ‘Tatemae’: Dua Wajah Sosial

Seperti yang sering dibahas dalam budaya Jepang, ada dua istilah kunci:

Dalam kehidupan sosial, orang Jepang lebih memilih menunjukkan tatemae agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Ekspresi emosional yang terlalu kuat bisa dianggap mengganggu suasana, bahkan tidak sopan.


🤐 2. Emosi = Urusan Pribadi

Budaya Jepang sangat menghargai batasan antara kehidupan pribadi dan ruang publik.
Menunjukkan kesedihan atau kemarahan di depan umum bisa dianggap sebagai:

  • Tanda kurang dewasa.

  • Membebani orang lain secara emosional.

  • Mengundang rasa tidak nyaman.

Itu sebabnya, mereka cenderung menyimpan emosi untuk diri sendiri, atau hanya mengekspresikannya di lingkungan yang sangat privat.


😅 3. Senyum = Topeng Sosial?

Kamu mungkin sering melihat orang Jepang tersenyum, bahkan dalam situasi sulit. Tapi tidak semua senyum adalah senang.

  • Senyum gugup.

  • Senyum untuk menyembunyikan rasa malu.

  • Senyum untuk menghindari konflik.

Senyum adalah bagian dari komunikasi non-verbal yang penting dalam menjaga suasana tetap tenang.


💢 4. Kenapa Jarang Ada Ledakan Emosi Seperti di Drama?

Dalam budaya Jepang, mengontrol diri adalah kualitas yang dihargai tinggi.
Ledakan emosi bisa dianggap:

  • Memalukan (hazukashii 恥ずかしい)

  • Mengganggu keseimbangan sosial

  • Menunjukkan kelemahan

Ini sangat kontras dengan budaya Barat, yang sering menekankan pentingnya mengungkapkan perasaan secara jujur.


🧘 5. Tekanan Budaya Bisa Jadi Beban Emosional

Meskipun terkesan tenang di luar, tidak semua orang mampu menanggung beban emosi dalam diam. Inilah salah satu alasan tingginya angka gangguan kesehatan mental di Jepang.

Fenomena seperti hikikomori (menutup diri dari masyarakat) atau karoshi (kematian karena kerja berlebihan) sebagian berkaitan dengan represi emosi yang terus-menerus.

Orang Jepang mungkin tidak banyak bicara tentang perasaan mereka secara terbuka, tapi bukan berarti mereka tidak merasakannya.

Sebaliknya, diam, senyum, dan sikap tenang adalah bentuk ekspresi yang dalam dalam budaya mereka.
Memahami ini bisa membantu kita berkomunikasi lebih sensitif dan menghargai cara mereka mengekspresikan diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Kenapa Banyak Orang Jepang Memilih Tidak Menikah atau Punya Anak?

10 May 2025 - 19:30 WIB

Danshari: Gaya Hidup Minimalisme ala Jepang yang Bikin Hidup Lebih Lega

8 May 2025 - 14:30 WIB

Kenapa Rumah Tradisional Jepang Punya Pintu Geser dan Lantai Tatami?

7 May 2025 - 17:30 WIB

Kenapa Kimono Tidak Digunakan Sehari-hari Lagi? Pakaian Tradisional Jepang yang Kini Jadi Simbol Khusus

6 May 2025 - 17:30 WIB

“Itadakimasu” dan “Gochisousama”: Ucapan Terima Kasih pada Makanan dalam Budaya Jepang

5 May 2025 - 15:30 WIB

Trending on Culture