Kuil-kuil di Jepang bukan cuma tempat berdoa, tapi juga tempat orang mencari perlindungan dan petunjuk lewat benda-benda spiritual seperti ofuda dan omikuji. Meski kecil, keduanya punya makna besar dalam kehidupan orang Jepang. Tapi kenapa banyak orang menyimpannya diam-diam?
🔖 Apa Itu Ofuda?
Ofuda (お札) adalah sejenis jimat yang dibeli di kuil Shinto. Biasanya terbuat dari kayu tipis atau kertas, bertuliskan nama dewa (kami) atau kuil, dan dipercaya membawa perlindungan dan keberuntungan untuk rumah tangga.
📌 Cara penggunaannya:
-
Ditaruh di rumah, biasanya di altar kecil (kamidana).
-
Harus diperlakukan dengan hormat—tidak boleh dijatuhkan atau dimainkan.
-
Diganti setiap tahun agar kekuatannya tetap segar.
🧧 Lalu, Apa Itu Omikuji?
Omikuji (おみくじ) adalah kertas ramalan yang ditarik secara acak saat berkunjung ke kuil. Isinya bisa berupa:
-
Keberuntungan besar (daikichi)
-
Keberuntungan sedang (chūkichi)
-
Sial (kyō), dan sebagainya.
💡 Tradisinya:
-
Jika isinya bagus, biasanya dibawa pulang dan disimpan diam-diam sebagai penyemangat.
-
Jika jelek, diikatkan ke pohon atau tali khusus di kuil agar kesialannya “tertahan” di sana dan tak dibawa pulang.
🤫 Kenapa Disimpan Diam-Diam?
Baik ofuda maupun omikuji bersifat pribadi dan sakral. Orang Jepang jarang membicarakannya secara terbuka karena:
-
Mereka percaya keberuntungan bisa pudar jika terlalu diumbar.
-
Soal kepercayaan dianggap urusan pribadi, bukan untuk dipamerkan.
-
Ada nilai kesopanan dan rendah hati dalam menjaga keyakinan secara pribadi.
🛐 Simbol Tradisi yang Masih Hidup
Meski zaman makin modern, tradisi membeli ofuda dan menarik omikuji masih hidup di kalangan anak muda. Mereka tetap mengunjungi kuil saat tahun baru (hatsumōde), ujian sekolah, atau saat ingin meminta restu untuk percintaan dan karier.
Ofuda dan omikuji bukan sekadar benda, tapi simbol hubungan spiritual yang bersifat pribadi. Disimpan diam-diam bukan karena malu, tapi karena di balik diam itu, tersimpan harapan, doa, dan rasa hormat yang dalam terhadap hal-hal yang tak terlihat.