Jepang akan kembali menjelajahi bagian terdalam lautan dunia dengan sebuah probe otonom baru yang dapat mengambil sampel sekaligus mencari sumber daya laut di zona ekonomi eksklusif Jepang.
Sharp Kembangkan Mesin Otomatis untuk Distribusi Pembalut Gratis


Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan Bumi Jepang (JAMSTEC) tengah mengembangkan probe kecil tanpa awak yang mampu menyelam hingga kedalaman sekitar 11.000 meter, yaitu zona palung laut dalam di Palung Mariana, Challenger Deep, di Samudra Pasifik Barat.
Probe otonom ini akan mengumpulkan organisme hidup, lumpur, dan batuan dari area luas untuk studi tentang ventilasi hidrotermal — yang penting untuk memahami asal usul kehidupan — serta ekosistem laut dalam dan palung samudra yang berhubungan dengan terjadinya gempa bumi besar dan destruktif.
JAMSTEC, sebuah lembaga yang didukung negara dan berpusat di Yokosuka, Prefektur Kanagawa, akan menguji coba probe ini sampai tahun fiskal 2027 sebelum digunakan secara penuh.
Sementara itu, kendaraan penyelam berawak Amerika Limiting Factor dan kendaraan penyelam dalam China Fendouzhe sudah mencapai titik terdalam tersebut, namun ruang lingkup eksplorasinya terbatas.
Pada tahun 1996, kendaraan tak berawak Jepang, Kaiko, menjadi yang pertama mengumpulkan organisme hidup dan sedimen di kedalaman lebih dari 10.000 meter di Challenger Deep, menurut JAMSTEC.
Kaiko juga digunakan untuk mengidentifikasi bangkai kapal Tsushima Maru, sebuah kapal penumpang dan kargo yang tenggelam di lepas Okinawa akibat serangan kapal selam Amerika Bowfin pada Perang Dunia II, saat membawa ratusan murid sekolah. Kaiko hilang di lepas pantai Shikoku pada 2003.
Kapal penyelam berawak Jepang Shinkai 6500 dapat menyelam hingga 6.500 meter, sementara Urashima 8000 tanpa awak dapat menyelam hingga 8.000 meter.
“Kita perlu memecahkan misteri ekosistem dan kondisi geologis di laut terdalam,” kata Yu Matsunaga, pejabat senior di JAMSTEC.
Probe ini harus tahan terhadap tekanan air yang sangat besar di kedalaman. Probe akan terdiri dari dua unit — sebuah kendaraan bawah laut otonom (AUV) berukuran 50 cm x 50 cm dan tinggi 1 meter, serta sebuah lander berukuran sekitar 2 meter di setiap sisinya yang membawa AUV ke dasar laut.
JAMSTEC memilih desain ini karena jika digabung menjadi satu unit saja, probe akan menjadi lebih besar, kurang lincah, dan lebih mahal.
Setelah lander mencapai dasar laut, AUV akan terpisah dan mulai menyedot organisme dan lumpur sambil bergerak di jalur yang sudah ditentukan. Para insinyur juga mempertimbangkan penambahan lengan robotik pada AUV.
Rencananya, AUV akan berada di dasar laut selama lebih dari lima jam dan menempuh jarak sekitar 4 kilometer. Meski lander tidak dapat bergerak, ia mungkin dilengkapi dengan selang untuk mengumpulkan sampel dari sekitar lokasi pendaratannya.
Dalam percobaan tahun 2023, prototipe lander berhasil menyelam hingga kedalaman 9.200 meter di Palung Jepang dekat Semenanjung Boso, timur Tokyo, dan berhasil mengirimkan data visual melalui gelombang suara.
Teknologi lain yang dikembangkan meliputi penggunaan gabungan kamera dan kecerdasan buatan agar AUV dapat bergerak dan mengumpulkan sampel secara otomatis. Jika AUV menggunakan baterai isi ulang dan navigasi otomatis, cakupan eksplorasinya akan semakin luas tanpa perlu kabel komunikasi dan listrik dari kapal di permukaan.
JAMSTEC berencana menguji coba AUV dan lander sebagai satu kesatuan pada tahun fiskal 2026 dan mulai menurunkan probe ke kedalaman 9.000 meter untuk mengambil sampel pada tahun fiskal 2027, sebelum mengoperasikan probe secara penuh untuk kegiatan penelitian.