Menu

Dark Mode
Karōshi: Fenomena Kematian karena Kerja Berlebihan di Jepang Film Kedua “Mobile Suit Gundam Hathaway: The Sorcery of Nymph Circe” Tayang Januari 2026, Bandai Namco Rilis Trailer Baru Takikomi Gohan: Nasi Campur Ala Jepang yang Lezat dan Bergizi 🏆 Frasa Jepang Saat Menyemangati Tim Olahraga Jepang Susun Strategi Nasional untuk Kembangkan AI Domestik, Kurangi Ketergantungan pada Teknologi Asing Perusahaan Jepang Gunakan Aplikasi dan Kebijakan Baru untuk Cegah Karyawan Muda Cepat Resign

Teknologi

Jepang Andalkan Panel Surya Fleksibel untuk Capai Target Energi Terbarukan

badge-check


					Jepang Andalkan Panel Surya Fleksibel untuk Capai Target Energi Terbarukan Perbesar

Jepang tengah gencar mengembangkan panel surya ultra-tipis dan fleksibel berbasis perovskite guna mengejar target energi terbarukan sekaligus menyaingi dominasi Tiongkok di sektor ini.

Panel perovskite dianggap cocok untuk kondisi geografis Jepang yang bergunung-gunung dan minim lahan datar untuk ladang surya konvensional. Salah satu bahan utamanya adalah yodium—di mana Jepang merupakan produsen terbesar kedua dunia setelah Chile.

Meski menjanjikan, teknologi ini masih menghadapi tantangan. Panel perovskite mengandung timbal beracun, efisiensinya masih di bawah panel silikon, dan usia pakainya hanya sekitar 10 tahun—bandingkan dengan panel silikon yang bisa bertahan hingga 30 tahun. Meski begitu, perovskite dinilai sebagai “kartu terbaik” Jepang untuk mencapai dekarbonisasi sekaligus meningkatkan daya saing industri, menurut Menteri Industri Yoji Muto.

Pemerintah telah menggelontorkan subsidi besar, termasuk 157 miliar yen (sekitar Rp15 triliun) untuk Sekisui Chemical agar membangun pabrik yang mampu memproduksi panel perovskite setara 100 megawatt pada 2027—cukup untuk memenuhi kebutuhan 30.000 rumah tangga.

Targetnya, pada 2040 Jepang ingin membangkitkan 20 gigawatt listrik dari panel perovskite, setara dengan penambahan sekitar 20 reaktor nuklir. Panel ini juga diharapkan berkontribusi dalam memenuhi hingga 50% kebutuhan listrik dari energi terbarukan.

Berbeda dari panel silikon yang berat dan kaku, panel perovskite bisa dipasang di permukaan melengkung atau tidak rata karena lentur dan sangat ringan. Beberapa proyek sudah mulai mengadopsinya, seperti gedung 46 lantai di Tokyo yang dijadwalkan rampung 2028, stadion bisbol di Fukuoka, dan jendela berpanel surya yang dikembangkan Panasonic.

Meski masih jauh dari produksi massal, teknologi ini berkembang pesat. Prototipe terbaru hampir menyamai efisiensi panel silikon dan diprediksi bisa bertahan hingga 20 tahun. Pakar energi dari Universitas Tokyo, Hiroshi Segawa, memperkirakan Jepang bisa mencapai kapasitas 40 gigawatt dari perovskite pada 2040.

“Ini bukan soal memilih antara silikon atau perovskite,” ujar Segawa. “Yang penting adalah bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi energi terbarukan. Jika Jepang berhasil menciptakan model yang baik, teknologi ini bisa dikembangkan ke seluruh dunia.”

Sc :JT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Jepang Susun Strategi Nasional untuk Kembangkan AI Domestik, Kurangi Ketergantungan pada Teknologi Asing

14 October 2025 - 17:10 WIB

Perusahaan Jepang Gunakan Aplikasi dan Kebijakan Baru untuk Cegah Karyawan Muda Cepat Resign

14 October 2025 - 14:30 WIB

SoftBank Akuisisi Bisnis Robot ABB Rp85 Triliun Demi Wujudkan “Super AI”

10 October 2025 - 17:10 WIB

SoftBank Kuasai 40% Saham Binance Japan Lewat PayPay, Siap Garap Pasar Kripto Jepang

10 October 2025 - 12:10 WIB

Nissan Luncurkan Leaf Generasi Baru di Jepang: Jarak Tempuh 702 km, Waktu Pengisian 35 Menit

8 October 2025 - 16:30 WIB

Trending on Teknologi