Menu

Dark Mode
Menjelajahi Dunia Seni Digital di teamLab Planets TOKYO Wagashi: Keindahan Kue Tradisional Jepang yang Penuh Sejarah! Zen: Filosofi Kehidupan yang Menemukan Kedamaian dalam Kesederhanaan Panduan Kanji untuk Muslim: Menghindari Kesalahan Saat di Jepang Penyelenggara Asian Games 2026 di Jepang Diminta Persiapan Besar oleh OCA Dosen Paruh Waktu di Universitas Oberlin Tokyo Jepang Gelar Aksi Mogok Kerja Tuntut Kenaikan Gaji

Bahasa Jepang

Frasa Umum dalam Bahasa Jepang yang Tidak Bisa Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

badge-check


					Frasa Umum dalam Bahasa Jepang yang Tidak Bisa Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia Perbesar

Bahasa Jepang terkenal dengan kekayaan ekspresinya yang memiliki makna yang sering kali sulit untuk diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa lain, termasuk Bahasa Indonesia. Beberapa frasa dalam bahasa Jepang mengandung nuansa budaya yang dalam dan sering kali memiliki makna yang tidak bisa sepenuhnya dipahami dengan hanya mengandalkan terjemahan kata per kata. Berikut adalah beberapa frasa umum dalam bahasa Jepang yang tidak bisa diterjemahkan dengan mudah ke dalam Bahasa Indonesia.

1. Tsundoku (積ん読)

Frasa ini merujuk pada kebiasaan membeli buku tetapi tidak membacanya, atau menumpuk buku untuk dibaca di masa depan tanpa sempat melakukannya. Tsundoku menggambarkan sebuah fenomena yang melibatkan hasrat terhadap buku yang terkadang bertemu dengan kenyataan waktu yang terbatas.

Kenapa sulit diterjemahkan? Tidak ada frasa serupa dalam bahasa Indonesia yang menggambarkan kebiasaan ini secara spesifik. Kata “tsundoku” mencerminkan sifat Jepang yang sangat menghargai buku, tetapi juga mengakui kenyataan bahwa kadang-kadang kita tidak memiliki waktu untuk membacanya.

2. Wabi-sabi (侘寂)

Wabi-sabi merujuk pada keindahan dalam ketidaksempurnaan, ketidakberlanjutan, atau keindahan dalam hal-hal yang terabaikan atau tua. Ini adalah filosofi yang mengajarkan untuk menemukan keindahan dalam kesederhanaan dan ketidaksempurnaan, dan untuk menerima kehidupan dengan segala kekurangannya.

Kenapa sulit diterjemahkan? Meskipun ada beberapa padanan dalam bahasa lain, tidak ada kata dalam bahasa Indonesia yang benar-benar menangkap konsep wabi-sabi secara keseluruhan, yang menggabungkan keindahan dalam ketidaksempurnaan dan perubahan alam.

3. Komorebi (木漏れ日)

Komorebi menggambarkan cahaya matahari yang menembus daun-daun pohon dan menciptakan pola cahaya yang indah di tanah. Ini adalah frasa yang menggambarkan sesuatu yang sangat sederhana tetapi penuh makna.

Kenapa sulit diterjemahkan? Tidak ada satu kata dalam bahasa Indonesia yang bisa menggambarkan fenomena alam yang sangat spesifik ini. Kita biasanya hanya akan menggambarkannya dengan kalimat seperti “cahaya matahari yang menembus dedaunan,” yang kurang efisien dalam menangkap esensinya.

4. Gaman (我慢)

Gaman adalah kemampuan untuk bertahan dan menahan penderitaan atau kesulitan tanpa mengeluh. Konsep ini melibatkan kesabaran yang penuh kehormatan dan ketahanan mental.

Kenapa sulit diterjemahkan? Bahasa Indonesia memiliki kata “sabar,” tetapi gaman mencakup lebih banyak dari sekadar sabar, termasuk ketahanan mental yang mendalam dalam menghadapi tantangan hidup. Gaman juga lebih mengarah pada tindakan diam dan bertahan dalam kesulitan.

5. Yūgen (幽玄)

Yūgen merujuk pada rasa misteri atau keindahan yang mendalam, sesuatu yang sulit dijelaskan atau dilihat sepenuhnya, tetapi bisa dirasakan dengan jiwa. Ini sering digunakan untuk menggambarkan keindahan alam yang tidak bisa ditangkap sepenuhnya oleh mata manusia.

Kenapa sulit diterjemahkan? Dalam bahasa Indonesia, kita mungkin akan menggunakan kata “misteri” atau “keindahan yang tak terungkap,” tetapi ini tidak bisa menggambarkan kedalaman perasaan yang terkandung dalam yūgen, yang lebih berkaitan dengan pengalaman estetis yang lebih tinggi.

6. Ikigai (生き甲斐)

Ikigai berarti “alasan untuk hidup,” atau lebih tepatnya, tujuan hidup seseorang yang memberi makna dan kebahagiaan. Ini adalah konsep tentang menemukan tujuan dalam hidup yang tidak hanya memberikan kebahagiaan pribadi tetapi juga memberi kontribusi pada orang lain.

Kenapa sulit diterjemahkan? Walaupun kita bisa mengartikan “ikigai” sebagai “alasan untuk hidup” atau “tujuan hidup,” konsep ini memiliki makna yang lebih mendalam dalam budaya Jepang yang berkaitan dengan keseimbangan antara kepuasan pribadi dan kontribusi sosial.

7. Shikata ga nai (仕方がない)

Frasa ini berarti “tidak ada yang bisa dilakukan” atau “terima saja.” Ini mengungkapkan perasaan pasrah terhadap keadaan yang tidak dapat diubah, sebuah penerimaan terhadap takdir atau situasi yang sulit.

Kenapa sulit diterjemahkan? Meskipun terjemahan literalnya adalah “tidak ada yang bisa dilakukan,” nuansa yang terkandung dalam frasa ini menunjukkan sikap menerima tanpa keluhan atau perlawanan, yang mungkin tidak sejelas dalam bahasa Indonesia.

8. Honne to Tatemae (本音と建前)

Honne dan tatemae merujuk pada dua sisi dari diri seseorang: honne adalah perasaan atau pendapat asli, sementara tatemae adalah topeng sosial yang digunakan untuk menjaga keharmonisan atau menghindari konfrontasi.

Kenapa sulit diterjemahkan? Bahasa Indonesia memiliki istilah seperti “apa yang dipikirkan” dan “apa yang ditunjukkan,” tetapi tidak ada satu frasa yang menggambarkan dengan tepat perbedaan antara pendapat pribadi dan kepatuhan sosial seperti honne dan tatemae.

9. Tsukimi (月見)

Tsukimi adalah tradisi Jepang yang merayakan melihat bulan purnama di musim gugur, biasanya disertai dengan makan kue bulan (tsukimi dango) dan minum sake.

Kenapa sulit diterjemahkan? Ini adalah tradisi yang sangat spesifik dalam budaya Jepang dan tidak ada istilah dalam bahasa Indonesia yang menggambarkan kegiatan tersebut secara lengkap. Biasanya kita hanya akan menyebutnya sebagai “merayakan bulan purnama,” tetapi kehilangan nuansa tradisinya.

10. Aizuchi (相槌)

Aizuchi merujuk pada respons verbal atau non-verbal kecil yang digunakan untuk menunjukkan bahwa kita sedang mendengarkan lawan bicara. Ini termasuk kata-kata seperti “un” atau “sou desu ne,” yang digunakan untuk menunjukkan perhatian.

Kenapa sulit diterjemahkan? Tidak ada kata dalam bahasa Indonesia yang secara tepat menggambarkan konsep aizuchi, yang lebih berkaitan dengan tata krama dalam percakapan yang menunjukkan bahwa kita mendengarkan dan menghargai orang yang berbicara.


Frasa-frasa ini mencerminkan bagaimana bahasa Jepang memiliki nuansa budaya yang sangat mendalam, yang tidak dapat diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa lain. Setiap kata atau frasa mengandung konsep yang terkait erat dengan filosofi dan cara hidup masyarakat Jepang, yang membuat bahasa Jepang begitu unik dan kaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Panduan Kanji untuk Muslim: Menghindari Kesalahan Saat di Jepang

11 December 2024 - 17:30 WIB

Menggunakan Bahasa Jepang dalam Berbagai Situasi Sosial: Kapan Harus Sopan, Kapan Santai

10 December 2024 - 08:00 WIB

Kosa Kata Jepang untuk Berbelanja: Frasa yang Harus Kamu Tahu di Supermarket dan Pasar

9 December 2024 - 20:00 WIB

Ini Cara Bedain Toki vs Jikan dalam Bahasa Jepang yang Wajib Kamu Ketahui!

7 December 2024 - 20:30 WIB

Kushikatsu: Jajanan Goreng Tusuk Khas Osaka yang Wajib Dicoba

4 December 2024 - 17:30 WIB

Trending on Bahasa Jepang