Jepang mengeluarkan peringatan tsunami pada Senin malam setelah gempa bermagnitudo 6,7 mengguncang wilayah barat daya negara tersebut. Peringatan ini kemudian dicabut setelah beberapa jam.
Awalnya, Badan Meteorologi Jepang memperkirakan kekuatan gempa mencapai magnitudo 6,9, tetapi kemudian direvisi menjadi 6,7. Tidak ada laporan kerusakan besar yang diterima. Sebagai langkah pencegahan, warga di beberapa wilayah pesisir diminta untuk mengungsi.
Seorang pria di Kyushu dilaporkan mengalami cedera ringan akibat terjatuh dari tangga, menurut NHK TV. Layanan kereta api di Stasiun Miyazaki dihentikan sementara, menyebabkan beberapa penumpang tertahan.
NHK juga melaporkan bahwa tsunami setinggi 1 meter diperkirakan mencapai daratan dalam waktu 30 menit setelah gempa, tetapi gelombang yang terdeteksi di Pelabuhan Miyazaki hanya setinggi 20 cm. Peringatan tsunami yang sebelumnya dikeluarkan untuk Prefektur Miyazaki di Pulau Kyushu dan Prefektur Kochi di Pulau Shikoku dicabut menjelang tengah malam.
Warga diimbau untuk menjauhi perairan, termasuk sungai, serta tetap waspada terhadap tanah longsor dan benda yang mungkin jatuh di dalam rumah. “Gempa susulan dapat terjadi dalam dua hingga tiga hari ke depan,” kata Shigeki Aoki, pejabat Badan Meteorologi Jepang.
Gempa yang berpusat di kedalaman 30 kilometer ini terasa di sebagian besar wilayah Kyushu. Meskipun gempa mengguncang cukup kuat, pasokan listrik tetap stabil, dan tidak ada masalah yang dilaporkan di pos pemantauan pembangkit nuklir di area tersebut.
Sebagai negara yang berada di sepanjang “Ring of Fire,” Jepang sering dilanda gempa bumi. Para ahli Badan Meteorologi Jepang juga membahas kemungkinan kaitan gempa ini dengan aktivitas di Nankai Trough, sebuah wilayah yang rentan terhadap gempa besar berkala.
Gempa besar terakhir di Nankai Trough terjadi di Shikoku pada tahun 1946, yang menewaskan lebih dari 1.300 orang. Sementara itu, wilayah ini juga mengalami gempa bermagnitudo 7,1 pada Agustus tahun lalu.
Sc : kyodo