Dana Moneter Internasional (IMF) semakin percaya diri terhadap kesinambungan inflasi di Jepang dan memproyeksikan Bank of Japan (BOJ) akan menaikkan suku bunga secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan. Menurut Nada Choueiri, kepala misi IMF untuk Jepang, indikator konsumsi dan pendapatan karyawan yang meningkat menunjukkan adanya siklus harga-upah yang positif. Hal ini menjadi dasar kepercayaan IMF terhadap pemulihan ekonomi Jepang.
IMF sebelumnya telah merevisi proyeksi mereka setelah BOJ menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan pada bulan Juli. IMF memproyeksikan tingkat suku bunga netral sekitar 1,5%, lebih tinggi dari perkiraan ekonom swasta sebesar 1%. Tingkat tersebut diperkirakan akan tercapai pada akhir tahun 2026.
Choueiri juga menekankan perlunya kehati-hatian dalam kenaikan suku bunga BOJ, mengingat adanya risiko dan ketidakpastian, baik dari perekonomian domestik maupun global.
Pertemuan Kebijakan BOJ dan Pemilu Nasional Jepang
BOJ diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di 0,25% pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 31 Oktober, menjelang pemilihan presiden AS dan pertemuan Federal Reserve. Di sisi lain, Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, menghadapi pemilu nasional pertamanya pada akhir pekan ini. Media lokal memperkirakan Partai Demokrat Liberal yang dipimpin Ishiba mungkin mengalami kekalahan terbesar sejak tahun 2009.
Untuk meningkatkan peluang kemenangan, Ishiba telah mengindikasikan pemerintahannya akan menyusun anggaran tambahan setelah pemilu guna membantu masyarakat yang terdampak inflasi. Namun, IMF mengingatkan agar anggaran tambahan tidak dijadikan kebiasaan, dan harus digunakan secara bijak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
BOJ dan Tantangan Komunikasi Kebijakan
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, para pengamat BOJ mempertanyakan apakah Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, akan melanjutkan kenaikan suku bunga ketiga tahun ini pada bulan Desember. IMF menyarankan BOJ untuk terus berhati-hati dalam berkomunikasi dengan pasar mengenai kebijakan suku bunga.
Choueiri memuji langkah BOJ dalam mengakhiri kebijakan moneter ultra-longgar yang telah berlangsung lama, seperti YCC (yield curve control), QQE (quantitative and qualitative easing), serta memulai QT (quantitative tightening). Menurutnya, tahun ini menjadi periode penting bagi Jepang dalam menavigasi kebijakan moneter tersebut.