Kepala negosiator Jepang, Ryosei Akazawa, berangkat ke Amerika Serikat pada Kamis (27/6) untuk putaran baru negosiasi tarif, dengan kembali menegaskan bahwa tarif tambahan 25 persen untuk mobil yang diberlakukan oleh Washington tidak dapat diterima.
Akazawa, yang menjabat sebagai Menteri Urusan Ekonomi dan Kebijakan Fiskal, menyatakan bahwa dirinya masih berharap dapat meyakinkan Amerika Serikat untuk meninjau ulang kebijakan tarif tersebut, terutama karena masa penangguhan 90 hari terhadap sebagian tarif balasan (reciprocal tariffs) akan berakhir pada 9 Juli.
“Tarif mobil itu bukan sesuatu yang bisa kami terima,” kata Akazawa kepada wartawan di Bandara Haneda, Tokyo, sebelum terbang ke Washington. Tarif impor tersebut telah memberikan tekanan besar terhadap industri otomotif Jepang, salah satu sektor terbesar dalam perekonomian negara itu.
Putaran ketujuh negosiasi tingkat menteri kali ini diperkirakan akan kembali melibatkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick, seperti putaran sebelumnya. Tarif mobil menjadi isu paling alot dalam negosiasi bilateral yang dimulai sejak April.
Kunjungan Akazawa kali ini merupakan yang pertama sejak Perdana Menteri Shigeru Ishiba gagal mencapai kesepakatan dengan Presiden AS Donald Trump dalam KTT mereka pada 16 Juni di Kanada. Kedua pemimpin setuju agar pembicaraan dilanjutkan di tingkat menteri.
Sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi defisit perdagangan dengan Jepang — yang menurut Trump disebabkan oleh “praktik perdagangan yang tidak adil” — pemerintahan AS menaikkan tarif mobil penumpang dari 2,5 persen menjadi 27,5 persen, serta meningkatkan tarif khusus sektor dan negara lainnya.
Dalam skema tarif balasan ini, ditambah dengan tarif dasar sebesar 10 persen untuk hampir semua barang impor, Jepang terkena tambahan tarif khusus negara sebesar 14 persen, sehingga total beban tarif mencapai 24 persen.
Untuk memfasilitasi negosiasi, Trump sebelumnya menangguhkan tarif di atas 10 persen selama 90 hari bagi 60 mitra dagang, termasuk Jepang. Masa tenggang tersebut akan segera berakhir, menambah tekanan pada perundingan pekan ini.
Sc : KN