Badan Antariksa Jepang, JAXA, menandatangani perjanjian dengan Prefektur Kumamoto pada Jumat untuk menerapkan program yang dapat memperkirakan tingkat kerusakan bangunan akibat gempa menggunakan citra satelit.
Inovasi untuk Respon Cepat Bencana
Program ini dirancang untuk menganalisis citra satelit sebelum dan sesudah gempa, memberikan estimasi kerusakan dalam waktu 2-3 jam setelah pengamatan. Teknologi ini dapat digunakan bahkan di malam hari atau saat cuaca buruk, sehingga menjadi solusi penting dalam situasi darurat.
Dalam perjanjian ini, JAXA akan menerima sekitar 200.000 data kerusakan bangunan akibat gempa besar yang mengguncang Kumamoto pada tahun 2016. Data tersebut akan digunakan untuk meningkatkan akurasi sistem sebelum diterapkan secara nasional dalam beberapa tahun mendatang.
Pelajaran dari Kumamoto untuk Seluruh Jepang
Gubernur Kumamoto, Takashi Kimura, menyatakan harapannya agar pengalaman Kumamoto dapat dimanfaatkan untuk mempercepat respons bencana di seluruh Jepang.
“Saya sangat berharap pelajaran dari Kumamoto dapat digunakan untuk penanganan bencana di seluruh negeri,” ujarnya dalam acara penandatanganan.
Manfaat di Tengah Tantangan Bencana
Teknologi ini diproyeksikan membantu pemerintah dan tim penyelamat memprioritaskan bantuan ke wilayah yang paling parah terkena dampak gempa.
Sebagai contoh, saat gempa berkekuatan magnitudo 7,6 mengguncang Semenanjung Noto pada Hari Tahun Baru 2024, pemerintah menghadapi kesulitan menentukan tingkat kerusakan sebelum matahari terbenam. Dengan program ini, tantangan seperti itu dapat diminimalkan.
Langkah ke Depan dalam Kesiapan Bencana
Dengan kerja sama ini, JAXA tidak hanya mengembangkan teknologi canggih tetapi juga menunjukkan komitmennya terhadap keselamatan masyarakat Jepang. Program ini diharapkan menjadi langkah maju dalam memitigasi dampak gempa, menyelamatkan nyawa, dan mempercepat proses pemulihan setelah bencana.
Sc : JT