Pada Rabu (20 Maret 2024), Jepang mulai menerima warga Palestina yang terluka di Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan medis, menurut Menteri Pertahanan Gen Nakatani. Langkah ini menjadi pertama kalinya Jepang terlibat dalam penanganan korban konflik Gaza sejak serangan besar-besaran Israel dimulai pada Oktober 2023.
Dua wanita yang terluka dan sebelumnya dirawat di Mesir akan menerima perawatan di Jepang. Pasien pertama telah tiba di Rumah Sakit Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) di Tokyo, sementara pasien kedua dijadwalkan menyusul dalam beberapa hari ke depan.
“Jepang akan memainkan peran proaktif, tidak hanya dalam upaya bantuan kemanusiaan mendesak seperti ini tetapi juga dalam mendukung rekonstruksi Gaza dalam jangka menengah dan panjang,” ujar Nakatani.
Langkah ini diambil atas permintaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan dengan dukungan pemerintah Mesir. Namun, Jepang menegaskan bahwa penerimaan ini bukan bagian dari program relokasi pengungsi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Toshihiro Kitamura, menjelaskan bahwa kedua pasien dipilih karena kondisi mereka dapat membaik dengan perawatan medis di Jepang. Sementara itu, pejabat Kementerian Pertahanan menegaskan bahwa Jepang saat ini tidak berencana menerima pasien Gaza dalam jumlah besar.
Pada Februari 2024, Perdana Menteri Shigeru Ishiba telah menyatakan dalam sidang parlemen bahwa pemerintahnya sedang mengatur perawatan medis bagi mereka yang sakit atau terluka akibat konflik Gaza.
Sebagai negara yang bergantung pada impor minyak dari Timur Tengah, Jepang telah lama menjalankan diplomasi seimbang antara negara-negara Muslim dan Israel, yang merupakan sekutu dekat Amerika Serikat.
Langkah Jepang ini menunjukkan komitmen kemanusiaan sekaligus menjaga keseimbangan dalam kebijakan luar negerinya.
Sc : JT