Beberapa peserta yang mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang (JLPT) untuk penutur asing pada Desember 2024 menyerahkan lembar jawaban yang dianggap tidak dapat dinilai, menurut sumber dari Kementerian Luar Negeri Jepang pada Jumat (29 Maret). Hal ini terjadi di tengah temuan adanya kebocoran jawaban ujian secara online.
Japan Foundation, penyelenggara ujian di luar negeri, melaporkan kepada kementerian bahwa terdapat “konsentrasi jawaban yang sangat tidak wajar” dalam lembar jawaban para peserta. Namun, pihaknya tidak secara resmi menyatakan bahwa ini adalah kasus kecurangan, juga tidak mengungkapkan jumlah peserta yang terdampak.
JLPT terdiri dari lima tingkat dan diadakan hingga dua kali setahun di Jepang dan luar negeri. Pada 2023, jumlah peserta mencapai rekor tertinggi 1,26 juta orang. Sertifikasi JLPT level atas sering menjadi syarat bagi pekerjaan dan pendidikan tinggi di Jepang.
Kasus ini melibatkan peserta ujian di Jepang dan beberapa negara lain, yang dapat memicu pengawasan lebih ketat terhadap sistem pelaksanaan ujian ini. Hal ini semakin krusial mengingat Jepang berupaya menerima lebih banyak pekerja asing untuk mengatasi masalah populasi menua.
Kementerian Luar Negeri Jepang telah menginstruksikan Japan Foundation pada akhir Januari untuk mengambil langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.
Jawaban ujian diduga bocor di media sosial setelah tes diselenggarakan lebih awal di Tiongkok dibandingkan di negara lain, termasuk Jepang. Japan Foundation mengetahui kebocoran tersebut dan melaporkannya ke kementerian.
Meskipun mengakui bahwa aktivitas di media sosial mungkin memengaruhi hasil ujian, Japan Foundation menyatakan bahwa tidak ada hubungan langsung yang dapat dibuktikan. Dengan alasan operasional, mereka juga memutuskan untuk tidak mengadakan ujian ulang bagi peserta yang terdampak.
Peserta Ujian N2 yang Paling Terpengaruh
-
Level ujian yang terkena dampak: N2, tingkat kedua tertinggi dalam JLPT.
-
Ujian ini diikuti oleh lebih dari 230.000 peserta di Jepang dan luar negeri pada 1 Desember 2024.
-
Level N2 dan N1 sering menjadi persyaratan untuk pendidikan tinggi dan pekerjaan di Jepang.
Japan Educational Exchanges and Services, penyelenggara JLPT di Jepang, telah mengirimkan pemberitahuan ke sekolah-sekolah bahasa Jepang yang mahasiswanya terdampak. Mereka yang hasil ujiannya tidak dinilai akan mendapatkan pengembalian biaya tes.
Sebuah sekolah bahasa di Jepang barat melaporkan bahwa dua dari 140 muridnya yang mengikuti ujian menerima pemberitahuan bahwa hasil mereka tidak dapat dinilai.
Seorang guru di sekolah tersebut mengkritik keputusan ini, mengatakan bahwa kesalahan ada pada sistem ujian, bukan peserta. Ia menegaskan bahwa tanggung jawab tidak boleh dibebankan kepada peserta yang berada dalam posisi paling lemah dalam situasi ini. Oleh karena itu, ia mendesak agar peserta yang terkena dampak diberi kesempatan untuk mengikuti ujian ulang.
Kasus ini dapat menimbulkan keraguan terhadap keamanan dan kredibilitas sistem JLPT, terutama di era digital yang semakin memudahkan penyebaran informasi. Selain itu, kebijakan imigrasi Jepang juga dapat terkena dampaknya, mengingat banyak pekerja asing yang memerlukan sertifikasi JLPT untuk bekerja di Jepang.
Ke depan, Japan Foundation dan otoritas terkait mungkin akan menghadapi tekanan lebih besar untuk meningkatkan keamanan dan transparansi dalam pelaksanaan JLPT.