Oita – Seorang manajer 7-Eleven di Prefektur Oita yang bunuh diri pada Juli 2022 setelah bekerja tanpa hari libur selama enam bulan berturut-turut secara resmi ditetapkan sebagai korban kecelakaan kerja. Keputusan ini dikeluarkan pada 6 November 2024 oleh otoritas terkait.
Pria berusia 38 tahun itu meninggalkan catatan yang mengungkapkan penderitaannya: “Bekerja berjam-jam tanpa istirahat sudah menjadi norma,” tulisnya. “Menjadi manajer minimarket berarti diperas.” Catatan itu juga berisi permintaan maaf untuk istri dan tiga anaknya, termasuk seorang bayi.
Kasus ini mengungkap kondisi kerja yang keras di industri minimarket Jepang. Sejak ditugaskan sebagai manajer toko baru pada 2019, beban kerjanya meningkat drastis. Ia harus mengatur stok, menyusun jadwal shift, sekaligus menggantikan karyawan yang absen mendadak. Catatan menunjukkan ia hampir tidak pernah mengambil hari libur sejak menikah pada Maret 2021.
Kantor standar tenaga kerja setempat menemukan bahwa korban menderita depresi berat sehari sebelum bunuh diri. Investigasi mengungkapkan ia benar-benar tidak mengambil hari libur selama enam bulan terakhir sebelum kematiannya. Penyebab utamanya adalah tuntutan untuk menjaga operasional toko 24 jam.
Keluarga almarhum menuntut Seven-Eleven Japan sebagai pemilik merek bertanggung jawab atas pengawasan waralaba. Namun perusahaan menyatakan hubungan kerja hanya terjalin dengan pemilik waralaba individual, dan mustahil bagi mereka untuk memantau 20.000 toko secara langsung.
Kasus ini menyoroti masalah sistemik di industri ritel Jepang. Survei Kementerian Tenaga Kerja 2019 menunjukkan hampir 30% pekerja minimarket waralaba mengaku bekerja hampir setiap hari tanpa istirahat yang memadai.
Sc ; asahi