Menu

Dark Mode
Mandiri Sejak Dini: Kenapa Anak SD di Jepang Pergi ke Sekolah Sendiri Tanpa Diantar? Fenomena “Friendship Marriage” di Jepang: Menikah Tanpa Cinta dan Seks, Demi Hidup yang Lebih Stabil Jepang Berhasil Lakukan Operasi Kedua Pengambilan Puing Radioaktif dari PLTN Fukushima Yoshi!’ dan ‘Yatta!’: Seruan Semangat ala Jepang Overwatch 2 Umumkan Kolaborasi dengan Gundam Wing untuk Rayakan Ulang Tahun ke-30 Nintendo Switch 2 Tetap Rilis 5 Juni, Pre-Order Dibuka 24 April Setelah Penundaan Akibat Tarif AS

News

Kematian Manajer 7-Eleven yang Bunuh Diri Ditetapkan Sebagai Kecelakaan Kerja

badge-check

Oita – Seorang manajer 7-Eleven di Prefektur Oita yang bunuh diri pada Juli 2022 setelah bekerja tanpa hari libur selama enam bulan berturut-turut secara resmi ditetapkan sebagai korban kecelakaan kerja. Keputusan ini dikeluarkan pada 6 November 2024 oleh otoritas terkait.

Pria berusia 38 tahun itu meninggalkan catatan yang mengungkapkan penderitaannya: “Bekerja berjam-jam tanpa istirahat sudah menjadi norma,” tulisnya. “Menjadi manajer minimarket berarti diperas.” Catatan itu juga berisi permintaan maaf untuk istri dan tiga anaknya, termasuk seorang bayi.

Kasus ini mengungkap kondisi kerja yang keras di industri minimarket Jepang. Sejak ditugaskan sebagai manajer toko baru pada 2019, beban kerjanya meningkat drastis. Ia harus mengatur stok, menyusun jadwal shift, sekaligus menggantikan karyawan yang absen mendadak. Catatan menunjukkan ia hampir tidak pernah mengambil hari libur sejak menikah pada Maret 2021.

Kantor standar tenaga kerja setempat menemukan bahwa korban menderita depresi berat sehari sebelum bunuh diri. Investigasi mengungkapkan ia benar-benar tidak mengambil hari libur selama enam bulan terakhir sebelum kematiannya. Penyebab utamanya adalah tuntutan untuk menjaga operasional toko 24 jam.

Keluarga almarhum menuntut Seven-Eleven Japan sebagai pemilik merek bertanggung jawab atas pengawasan waralaba. Namun perusahaan menyatakan hubungan kerja hanya terjalin dengan pemilik waralaba individual, dan mustahil bagi mereka untuk memantau 20.000 toko secara langsung.

Kasus ini menyoroti masalah sistemik di industri ritel Jepang. Survei Kementerian Tenaga Kerja 2019 menunjukkan hampir 30% pekerja minimarket waralaba mengaku bekerja hampir setiap hari tanpa istirahat yang memadai.

Sc ; asahi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Fenomena “Friendship Marriage” di Jepang: Menikah Tanpa Cinta dan Seks, Demi Hidup yang Lebih Stabil

24 April 2025 - 18:10 WIB

Jepang Berhasil Lakukan Operasi Kedua Pengambilan Puing Radioaktif dari PLTN Fukushima

24 April 2025 - 17:10 WIB

Jepang Pertimbangkan Pelonggaran Prosedur Inspeksi Mobil AS untuk Redam Kritik Trump

24 April 2025 - 12:10 WIB

Jumlah Pengunjung Expo Dunia Osaka Tembus Satu Juta dalam 11 Hari

24 April 2025 - 10:10 WIB

Harga Rata-Rata Kondominium Baru di Pusat Tokyo Tembus Rekor ¥116 Juta di Tengah Kenaikan Biaya

23 April 2025 - 18:30 WIB

Trending on News