Menu

Dark Mode
Cara Mengatur Budget Harian Traveling di Jepang Frasa Jepang Saat Salah Ucap atau Salah Bicara Tradisi Otoshidama: Amplop Uang Anak-Anak Saat Tahun Baru Jepang Musikal Code Geass: Lelouch of the Rebellion Kembali dengan Sekuel Baru Serangan Beruang di Jepang Timur Ancam Pariwisata Musim Gugur Manga ‘Ojisan wa Kawaii Mono ga Osuki’ Diadaptasi jadi Anime Tayang 2026

News

Kuil di Jepang Dikecam karena Hanya Kenakan Tiket Masuk kepada Turis Asing

badge-check


					Kuil di Jepang Dikecam karena Hanya Kenakan Tiket Masuk kepada Turis Asing Perbesar

Sebuah kuil di Jepang bagian barat daya menuai kontroversi dan kritik setelah memutuskan untuk mengenakan biaya masuk hanya kepada turis asing, di tengah meningkatnya perhatian terhadap isu-isu terkait orang asing menjelang pemilu nasional Jepang.

Sejak Mei lalu, Kuil Nanzoin di Prefektur Fukuoka — terkenal karena patung Buddha tidur sepanjang 41 meter — mulai memungut biaya masuk sebesar 300 yen (sekitar Rp32.000) untuk wisatawan mancanegara. Pihak kuil menyebut dana tersebut dibutuhkan untuk menangani berbagai perilaku yang dianggap mengganggu.

Seorang pakar mengatakan kepada Kyodo News bahwa kebijakan ini “kurang transparan”, terutama karena perdebatan soal kebijakan tarif khusus untuk turis asing — yang jumlahnya mencapai rekor tertinggi — semakin menghangat menjelang pemilu Majelis Tinggi Jepang pada hari Minggu.

Sebuah papan bertuliskan “Visitors” dalam bahasa Inggris dipasang di pintu masuk area sekitar salah satu patung Buddha tidur terbesar di dunia, tempat turis asing mengantre untuk membayar di loket penerimaan. Namun, orang asing yang memiliki bukti tinggal jangka panjang di Jepang untuk keperluan kerja atau studi dikecualikan dari biaya ini.

Karena warga Jepang tidak dikenai biaya masuk, papan tersebut tidak menyediakan keterangan dalam bahasa Jepang. Sebagai gantinya, staf atau petugas keamanan akan bertanya secara lisan seperti, “Apakah Anda dari Jepang?” dan jika dijawab ya, mereka langsung diarahkan masuk tanpa antre atau membayar.

Kepala biksu kuil, Kakujo Hayashi (72), mengatakan bahwa sejak pembatasan COVID-19 dicabut, jumlah pengunjung asing meningkat pesat, disertai masalah seperti sampah yang berserakan, minum alkohol, menyalakan kembang api, hingga penyalahgunaan fasilitas toilet di area kuil.

“Kami ingin ada yang bertanggung jawab atas biaya tambahan untuk kebersihan dan keamanan,” ujar Hayashi. “Ini bukan bentuk diskriminasi,” tambahnya.

Penerapan tarif berbeda berdasarkan kewarganegaraan sebenarnya bukan hal yang baru di dunia internasional. Misalnya, Taj Mahal di India juga menerapkan tarif lebih tinggi untuk turis asing guna membantu biaya pemeliharaan, sambil tetap menjaga agar warga lokal dapat masuk dengan harga terjangkau.

Sc : KN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Serangan Beruang di Jepang Timur Ancam Pariwisata Musim Gugur

10 November 2025 - 15:10 WIB

Pemerintah Jepang Akan Gunakan Kupon Beras untuk Atasi Kenaikan Harga Pangan

10 November 2025 - 14:30 WIB

Patung Godzilla Terbesar di Dunia Akan Sambut Penumpang di Bandara Haneda Mulai Desember

10 November 2025 - 13:10 WIB

Polisi Tangkap Pemuda Magang Asal Indonesia karena Diduga Memasuki Rumah Perempuan di Osaka

10 November 2025 - 11:10 WIB

Gempa Magnitudo 6,9 di Samudra Pasifik Picu Tsunami Kecil di Wilayah Timur Laut Jepang

10 November 2025 - 10:10 WIB

Trending on News