Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mendesak Jepang untuk memenuhi komitmen pendanaan mereka dalam proyek-proyek transisi energi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Airlangga, yang mewakili Presiden Joko Widodo, memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Zero Emission Community (AZEC) yang kedua, yang diselenggarakan di National Convention Center, Vientiane, Laos, pada Jumat (11/10/2024). AZEC adalah inisiatif dari Jepang untuk mendukung peralihan energi bersih. Saat ini, AZEC terdiri dari 11 negara anggota: Jepang, Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Dalam kesempatan itu, Airlangga memaparkan kepada para pemimpin negara anggota AZEC mengenai langkah-langkah yang telah diambil Indonesia dalam rangka transisi energi. Ia menegaskan bahwa Indonesia siap membangun super grid untuk meningkatkan konektivitas energi, serta menerapkan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (Carbon Capture, Utilization, and Storage/CCUS).
Di samping itu, Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia terus mengupayakan pengembangan mobilitas dan transportasi berbasis listrik, meningkatkan efisiensi energi di berbagai sektor, serta menjajaki sumber energi baru. Namun demikian, ia menekankan bahwa negara-negara maju, khususnya Jepang, yang merupakan penggerak utama AZEC, harus turut berkontribusi melalui dukungan pendanaan. “Saya berharap pemerintah Jepang dapat segera merealisasikan proyek-proyek strategis AZEC dengan menggunakan pendanaan yang inovatif,” kata Airlangga, sebagaimana dikutip pada Minggu (13/10/2024).
Selain itu, mantan Ketua Umum Partai Golkar ini juga menyatakan bahwa Indonesia membuka peluang bagi sektor swasta dan dunia usaha untuk terlibat dalam mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Airlangga menambahkan bahwa Indonesia telah membentuk AZEC Expert Group guna mempermudah pelaksanaan proyek-proyek energi bersih dan menyusun peta jalan menuju netralitas emisi di sektor energi. Sejumlah proyek bahkan sudah mulai berjalan, seperti Proyek Geothermal Fase 2 di Muara Laboh, Proyek Waste to Energy di Legok Nangka, Pabrik Minyak Kelapa Mentah untuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF), Proyek Percontohan Restorasi Lahan Gambut, serta Grid Interkoneksi Jawa-Sumatera.
Airlangga juga menyinggung Proyek Kayan Hydropower tahap pertama, yang diharapkan dapat segera dimulai. Ia menegaskan bahwa Indonesia siap menjalani transisi energi melalui dekarbonisasi sumber energi serta pengembangan teknologi hijau. “Indonesia melakukan langkah-langkah transisi energi secara besar-besaran melalui pengembangan energi terbarukan, khususnya tenaga surya, air, dan panas bumi, serta secara bertahap mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik berbasis batu bara,” tuturnya.