Dengan satu bulan tersisa sebelum World Exposition 2025 di Osaka dibuka pada 13 April, proyeksi dampak ekonomi ¥2,92 triliun (sekitar $20 miliar) tampaknya mulai goyah. Penjualan tiket yang lambat dan keterlambatan pembangunan paviliun menjadi kendala utama menjelang perhelatan besar ini.
Pihak penyelenggara menargetkan 28,2 juta pengunjung selama periode 13 April – 13 Oktober 2025, dengan perkiraan 14 juta tiket terjual sebelum acara dimulai. Namun, hingga 5 Maret 2025, baru 8,07 juta tiket yang terjual sejak penjualan dibuka pada November 2023, jauh di bawah target.
Kritik muncul terhadap sistem reservasi tiket yang terlalu rumit, yang mengharuskan pengunjung memesan tiket secara online untuk tanggal dan waktu tertentu guna mengurangi antrean. Akibat respons negatif ini, panitia menyediakan opsi tiket langsung di lokasi sebagai solusi alternatif.
Keterlambatan Pembangunan Paviliun
Paviliun Tipe A, yang dianggap sebagai daya tarik utama, juga menghadapi keterlambatan signifikan. Dari 47 negara yang membangun paviliun mandiri, hanya delapan negara yang telah menyelesaikan pembangunan dan mendapatkan sertifikasi dari panitia, yaitu:
- Irlandia, Filipina, Korea Selatan, Australia, Bulgaria, Belanda, Malaysia, dan Hungaria.
Banyak negara mengalami kendala karena lonjakan harga material, desain kompleks, serta kekurangan tenaga kerja. Semua negara yang membangun Paviliun Tipe A baru memulai konstruksi pada Desember 2024, dan beberapa negara akhirnya memilih menggunakan Paviliun Tipe X, yang lebih sederhana dan disediakan oleh panitia.
Pihak penyelenggara sebelumnya meminta semua paviliun selesai pada pertengahan Januari, tetapi hingga kini tidak ada satu pun negara yang telah menyelesaikan tahap interior untuk pameran.
Total biaya konstruksi situs expo di pulau buatan Yumeshima, Teluk Osaka, kini hampir dua kali lipat dari perkiraan awal, mencapai ¥235 miliar. Biaya ini dibagi rata oleh:
- Pemerintah pusat Jepang
- Pemerintah prefektur dan kota Osaka
- Sektor swasta
Namun, antusiasme masyarakat Jepang juga terbilang rendah. Dalam survei Desember lalu oleh pemerintah Osaka, hanya sepertiga responden yang menyatakan minat untuk datang ke expo, di bawah target 50% yang dicanangkan penyelenggara.
Osaka Expo 2025 adalah World Exposition ketiga yang diadakan di Jepang, setelah Osaka Expo 1970 dan Aichi Expo 2005. Kali ini, 158 negara dan 7 organisasi internasional telah berkomitmen untuk berpartisipasi.
Namun, dengan masalah tiket, pembangunan paviliun yang tertunda, dan biaya yang membengkak, banyak pihak mulai meragukan apakah expo ini akan mencapai dampak ekonomi yang diharapkan atau justru menjadi proyek yang kurang sukses dibandingkan expo sebelumnya.
Sc : mainichi