Pemerintah Jepang pada Selasa mengumumkan rencana untuk menggunakan penyelidik yang menyamar sebagai pelamar kerja dalam upaya memberantas peningkatan kasus perampokan kekerasan yang terkait dengan pekerjaan paruh waktu ilegal atau dikenal sebagai yami baito.
Dalam rapat menteri, Perdana Menteri Shigeru Ishiba menyoroti tren mengkhawatirkan di mana kelompok kriminal menggunakan platform media sosial untuk merekrut pelaku dengan menyamar melalui iklan pekerjaan yang tampak biasa. Iklan ini sering disebut sebagai howaito anken (proyek “putih”) untuk memberikan kesan bahwa pekerjaan tersebut bukanlah aktivitas ilegal.
Namun, kenyataannya, iklan tersebut merekrut individu untuk melakukan kejahatan, mulai dari penipuan hingga perampokan. Lebih parahnya lagi, para pelamar sering kali dipaksa menjalankan pekerjaan ini karena informasi pribadi mereka telah dikuasai oleh perekrut.
Sc : JT