Dengan terpilihnya Shigeru Ishiba sebagai Perdana Menteri Jepang yang baru, harapan muncul untuk perubahan positif dalam kebijakan program pemagangan asing di negara ini.
Jepang selama ini dikenal sebagai salah satu tujuan utama bagi pekerja magang asing yang ingin meningkatkan keterampilan mereka sambil bekerja. Namun, beberapa masalah telah muncul, termasuk tingginya angka pekerja magang yang hilang dari tempat kerja.
Berdasarkan data yang dirangkum dari Badan Imigrasi dan Manajemen Tinggal Jepang, jumlah pekerja magang asing yang hilang dari tempat kerja mencapai lebih dari 9.700 orang tahun lalu, angka tertinggi sepanjang masa.
Kondisi ini menunjukkan perlunya revamp dalam kebijakan yang ada, terutama mengingat prinsip bahwa “penempatan ulang” ke tempat kerja yang berbeda tidak diizinkan kecuali dalam keadaan yang tidak dapat dihindari. Faktor ini menjadi salah satu pemicu hilangnya pekerja magang, yang sering kali terkait dengan masalah di tempat kerja.
Dengan kepemimpinan Ishiba, diharapkan akan ada penyesuaian dalam pendekatan pemerintah terhadap masalah ini. Dalam upayanya untuk memastikan kesejahteraan pekerja asing, perluasan definisi “keadaan yang tidak dapat dihindari” harus diperjelas. Jika pekerja mengalami kekerasan atau pelecehan, penting bagi mereka untuk memiliki opsi untuk berpindah ke tempat kerja lain tanpa takut kehilangan status mereka.
Kepemimpinan Shigeru Ishiba sangat diharapkan bisa mengedepankan kebijakan yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan pekerja magang asing. Ini adalah langkah penting untuk mendukung keberagaman dan meningkatkan reputasi Jepang sebagai tujuan yang bersahabat bagi para pekerja asing.