Menu

Dark Mode
9 Selebriti Jepang yang Punya Gaya Fashion Paling Ikonik! Jepang untuk Backpacker: Tips Hemat Jelajahi Negeri Sakura Nissan Ganti CEO: Ivan Espinosa Ambil Alih, Makoto Uchida Mundur Setelah Gagal Pulihkan Perusahaan Pencarian Tanpa Henti: Keluarga Korban WNI Tsunami Jepang 2011 Berharap Dapat Membawa Pulang Jenazah yang Hilang Tamago Sando: Sandwich Telur ala Konbini yang Simpel tapi Nikmat Ngeri! Wanita 22 Tahun Tewas Ditikam di Tokyo Saat Livestreaming, Pelaku Pria 42 Tahun Berhasil Ditangkap

Teknologi

Robot AI AIREC: Tenaga Caregiver Lansia di Jepang Masa Depan?

badge-check


					Robot AI AIREC: Tenaga Caregiver Lansia di Jepang Masa Depan? Perbesar

Di Tokyo, sebuah robot bertenaga kecerdasan buatan (AI) baru-baru ini diperlihatkan sedang membantu seorang pria yang berbaring telentang. Robot tersebut dengan lembut meletakkan satu tangan di lutut dan tangan lainnya di bahu, lalu menggulingkan pria itu ke samping—gerakan yang biasa digunakan untuk mengganti popok atau mencegah luka akibat berbaring terlalu lama pada lansia.

Robot humanoid berbobot 150 kg bernama AIREC ini merupakan prototipe “pengasuh” masa depan yang dirancang untuk menghadapi populasi lansia Jepang yang terus bertambah serta kekurangan tenaga kerja di sektor perawatan lansia.

“Melihat masyarakat kita yang semakin menua dan angka kelahiran yang terus menurun, kita akan semakin membutuhkan dukungan robot dalam bidang medis, perawatan lansia, serta kehidupan sehari-hari,” ujar Profesor Shigeki Sugano dari Universitas Waseda, yang memimpin penelitian AIREC dengan pendanaan dari pemerintah.

Jepang adalah negara dengan tingkat penuaan populasi paling tinggi di dunia, dengan angka kelahiran yang menurun dan kebijakan imigrasi yang ketat. Generasi “baby boomer” Jepang—mereka yang lahir akibat lonjakan kelahiran pascaperang antara 1947 hingga 1949—telah mencapai usia 75 tahun atau lebih pada akhir 2024. Hal ini semakin memperburuk kekurangan tenaga kerja di sektor perawatan lansia.

Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Jepang menunjukkan bahwa jumlah bayi yang lahir pada 2024 turun 5% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai rekor terendah sebanyak 720.988 kelahiran. Sementara itu, sektor perawatan lansia menghadapi kesulitan besar dalam merekrut tenaga kerja, dengan hanya satu pelamar untuk setiap 4,25 pekerjaan yang tersedia pada Desember, jauh lebih rendah dibandingkan rasio rata-rata nasional yang berada di angka 1,22.

Pemerintah Jepang telah mencari tenaga kerja asing untuk menutupi kekurangan ini. Jumlah pekerja asing di sektor perawatan lansia terus meningkat selama beberapa tahun terakhir, namun pada 2023 jumlahnya masih sekitar 57.000 orang—kurang dari 3% dari total tenaga kerja di bidang tersebut.

“Kami hampir tidak bisa bertahan, dan dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, situasinya akan semakin buruk,” kata Takashi Miyamoto, direktur Zenkoukai, sebuah operator fasilitas perawatan lansia. “Teknologi adalah peluang terbaik kita untuk mengatasi masalah ini.”

Zenkoukai telah aktif mengadopsi teknologi baru, meskipun penggunaan robot dalam perawatan lansia masih terbatas. Di salah satu fasilitasnya di Tokyo, robot kecil bermata besar membantu pekerja dengan menyanyikan lagu-lagu pop dan memimpin sesi peregangan ringan untuk para lansia, sementara para pengasuh manusia menangani tugas-tugas lain yang lebih mendesak.

Salah satu penerapan teknologi yang paling praktis saat ini adalah sensor tidur yang diletakkan di bawah kasur penghuni untuk memantau kondisi tidur mereka, sehingga mengurangi kebutuhan staf untuk melakukan pemeriksaan malam hari.

Meskipun robot humanoid seperti Optimus dari Tesla tengah dikembangkan untuk masa depan, Sugano menekankan bahwa robot yang dapat berinteraksi secara fisik dengan manusia membutuhkan tingkat presisi dan kecerdasan yang lebih tinggi.

“Robot humanoid sedang dikembangkan di seluruh dunia, tetapi sebagian besar hanya melakukan pekerjaan rumah tangga atau tugas di pabrik,” ujar Sugano, yang juga menjabat sebagai presiden Robotics Society of Japan. “Begitu manusia masuk ke dalam sistem, muncul tantangan seperti keselamatan dan bagaimana menyelaraskan gerakan robot dengan kebutuhan individu.”

AIREC saat ini mampu membantu seseorang duduk, memakai kaus kaki, memasak telur orak-arik, melipat pakaian, serta melakukan beberapa tugas rumah tangga lainnya. Namun, Sugano memperkirakan bahwa AIREC baru akan siap digunakan di fasilitas perawatan lansia dan medis sekitar tahun 2030, dengan harga awal yang diperkirakan tidak kurang dari 10 juta yen (sekitar $67.000).

Takaki Ito, seorang pekerja perawatan di fasilitas Zenkoukai, optimis tetapi tetap berhati-hati terhadap masa depan perawatan lansia berbasis robot.

“Jika kita memiliki robot berbasis AI yang dapat memahami kondisi hidup dan karakteristik individu setiap penerima perawatan, mungkin di masa depan mereka bisa langsung memberikan layanan perawatan,” katanya. “Namun, saya tidak berpikir robot dapat sepenuhnya memahami semua aspek perawatan lansia. Kolaborasi antara robot dan manusia untuk meningkatkan kualitas perawatan adalah masa depan yang saya harapkan.”

Sc : asahi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Universitas Nagasaki Kembangkan AI untuk Latihan Wawancara Medis dengan Pasien Virtual

11 March 2025 - 07:16 WIB

AI dan Mesin Otonom Ubah Masa Depan Konstruksi Bendungan di Jepang

10 March 2025 - 12:30 WIB

Shimadzu Luncurkan Jam Optik Paling Akurat di Dunia, Hanya Melenceng 1 Detik dalam 10 Miliar Tahun

7 March 2025 - 18:30 WIB

JR East Kembangkan Kereta Peluru Generasi Baru untuk Tohoku Shinkansen, Target Beroperasi pada 2030

6 March 2025 - 13:30 WIB

SoftBank Siapkan Pinjaman $16 Miliar untuk Investasi AI, Masayoshi Son Kian Agresif di Sektor Teknologi

4 March 2025 - 15:10 WIB

Trending on News