Menu

Dark Mode
Game Mobile Suit Gundam Seed Battle Destiny Remastered Akan Dirilis dalam Bahasa Inggris pada Mei 2024! Berikut Daftar Consolenya Aktivis Mahasiswa Jepang Gelar Protes Menolak Kenaikan dan Program Beasiswa Diperluas Bahasa Jepang dalam Dunia Gyaru: Istilah Gaul dari Budaya Fashion Jepang Survei: 51,2% Warga Jepang Nilai Hubungan dengan Korea Selatan Membaik Bentuk Partai Politik Baru, Dewi Sukarno Lepas Status Kewarganegaraan Indonesia Jaksa Tuntut 15 Tahun Penjara untuk Pelaku Serangan Bom Pipa terhadap eks PM Jepang Fumio Kishida

Culture

Tsukumogami: Legenda Benda-Benda yang Hidup Setelah 100 Tahun

badge-check


					Tsukumogami: Legenda Benda-Benda yang Hidup Setelah 100 Tahun Perbesar

Di Jepang, dunia mistis sering kali menyentuh kehidupan sehari-hari melalui cerita rakyat dan legenda yang sudah ada selama berabad-abad. Salah satu cerita yang unik dan menarik perhatian adalah legenda Tsukumogami, yaitu kepercayaan tentang benda-benda yang memperoleh roh setelah berusia 100 tahun. Konsep ini tidak hanya hadir dalam cerita rakyat, tetapi juga menjadi bagian penting dalam pemahaman budaya Jepang tentang hubungan antara manusia, alam, dan objek yang kita gunakan sehari-hari.

Asal Usul Tsukumogami

Kata Tsukumogami berasal dari dua kata dalam bahasa Jepang: “tsukumo” yang berarti sembilan puluh sembilan, dan “kami” yang berarti roh atau dewa. Meskipun istilahnya menyebut angka 99, dalam praktiknya, benda-benda ini diyakini memperoleh roh setelah berusia 100 tahun. Mitos ini berakar dalam kepercayaan animisme Jepang, di mana segala sesuatu—baik itu benda hidup atau mati—memiliki jiwa atau kekuatan gaib.

Legenda ini menggambarkan bagaimana benda yang digunakan secara terus-menerus, seperti peralatan rumah tangga, alat makan, atau senjata, dapat memperoleh roh mereka sendiri setelah sekian lama digunakan oleh manusia. Setelah 100 tahun, benda tersebut akan “hidup” dan mungkin mulai menunjukkan perilaku yang tak terduga.

Benda Apa Saja yang Bisa Menjadi Tsukumogami?

Menurut mitos, hampir semua benda yang digunakan manusia secara teratur dapat menjadi Tsukumogami setelah mencapai usia tertentu. Beberapa benda yang sering disebutkan dalam legenda termasuk:

  1. Payung (Kasa-no-Tsukumogami)
    Payung yang sudah usang atau rusak sering kali digambarkan sebagai Tsukumogami yang berubah menjadi makhluk berbentuk payung dengan mata besar, kadang dengan mulut yang lebar, yang bisa menakut-nakuti orang.

  2. Sandal (Geta-no-Tsukumogami)
    Geta (sandal tradisional Jepang) yang sudah tua bisa berubah menjadi makhluk yang berjalan sendiri, menyebabkan orang yang memakainya merasa cemas atau takut.

  3. Nampan atau Alat Makan (Hōjō-no-Tsukumogami)
    Benda sehari-hari seperti nampan, mangkok, atau sendok setelah berumur panjang dapat “hidup” dan memiliki karakteristik pribadi mereka sendiri.

  4. Piring atau Cangkir Tua
    Piring-piring atau cangkir yang telah digunakan bertahun-tahun bisa tiba-tiba bergetar atau bergerak tanpa penjelasan.

Peran Tsukumogami dalam Budaya Jepang

Dalam budaya Jepang, Tsukumogami bukan hanya sekadar cerita seram, tetapi juga menjadi cara untuk mengajarkan tentang penghargaan terhadap benda. Kepercayaan ini mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan merawat barang-barang kita dengan baik, karena mereka adalah bagian dari hidup kita, dan jika tidak dihargai dengan benar, mereka bisa menjadi marah atau menyebabkan masalah.

Ini juga mengingatkan orang Jepang tentang pentingnya ketidakkekalan dan bagaimana segala sesuatu, bahkan benda mati, memiliki siklus kehidupan mereka sendiri. Dengan cara ini, Tsukumogami berfungsi sebagai simbol dari filosofi wabi-sabi, yang mengakui keindahan dalam ketidaksempurnaan dan kefanaan.

Tsukumogami dalam Seni dan Sastra Jepang

Tsukumogami telah menjadi tema yang sering diangkat dalam seni tradisional dan sastra Jepang. Banyak karya seni, termasuk lukisan dan patung, menggambarkan sosok-sosok Tsukumogami dengan bentuk yang penuh warna dan terkadang menyeramkan. Ukiyo-e (gambar kayu Jepang) juga sering menampilkan Tsukumogami dalam bentuk yang humoris atau grotesk.

Sementara itu, dalam sastra Jepang, Tsukumogami muncul dalam cerita-cerita kaidan (cerita hantu) dan yōkai (makhluk gaib). Salah satu karya terkenal yang mencatatkan legenda ini adalah “The Tale of the Bamboo Cutter” (Taketori Monogatari), meskipun cerita tersebut tidak sepenuhnya berfokus pada Tsukumogami, melainkan menyentuh tema benda yang memperoleh jiwa.

Tsukumogami di Era Modern

Di era modern, meskipun Tsukumogami bukan lagi menjadi bagian utama dari kehidupan sehari-hari, legenda ini masih hidup dalam budaya pop Jepang. Konsep ini banyak diadaptasi dalam anime, manga, dan video game. Misalnya, dalam anime “Mononoke”, ada karakter bernama Bakeneko (seekor kucing berubah menjadi makhluk mistis), yang terinspirasi dari makhluk-makhluk Tsukumogami.

Selain itu, cerita tentang Tsukumogami juga dapat ditemukan dalam permainan papan, cerita pendek, dan koleksi karya seni kontemporer yang menggabungkan unsur-unsur tradisional Jepang dengan cara-cara baru untuk mengekspresikan filosofi lama.

Tsukumogami adalah salah satu legenda yang menambah kedalaman dan warna dalam pemahaman kita tentang budaya Jepang. Meskipun mungkin terlihat seperti cerita seram yang hanya menghibur, ia memiliki makna yang lebih dalam tentang penghargaan terhadap barang-barang dan pemahaman kita tentang hubungan manusia dengan dunia yang lebih besar. Melalui cerita tentang benda-benda yang memperoleh roh setelah 100 tahun, kita diingatkan akan betapa pentingnya untuk merawat dan menghargai segala hal, bahkan yang tampak sepele atau tidak bernyawa sekalipun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Shokunin Kishitsu: Dedikasi Tanpa Batas dalam Seni dan Keahlian Jepang

14 February 2025 - 11:30 WIB

Yuru-Chara: Maskot Menggemaskan yang Jadi Superstar Lokal di Jepang!

13 February 2025 - 08:09 WIB

Festival Unik Jepang: Ritual Membakar Gunung di Wakakusa Yamayaki

8 February 2025 - 20:00 WIB

Kintsukuroi: Filosofi Memperbaiki yang Mengajarkan Arti Keindahan dalam Kerusakan

8 February 2025 - 16:10 WIB

Shimenawa: Tali Suci yang Menjadi Simbol Perlindungan dalam Budaya Jepang

5 February 2025 - 16:30 WIB

Trending on Culture