Grup peretas yang diduga memiliki hubungan dengan Rusia mengklaim telah menerima $2,98 juta (sekitar Rp46 miliar) dalam mata uang kripto dari penerbit Jepang Kadokawa Corp. setelah serangan siber besar-besaran pada Juni lalu. Informasi ini terungkap dari investigasi perusahaan keamanan Unknown Technologies Inc., yang menemukan catatan transaksi online senilai jumlah tersebut di bulan yang sama.
Peretas, yang mengaku bagian dari geng ransomware BlackSuit, menyatakan telah mencuri dan mengenkripsi data pribadi dan keuangan sebesar 1,5 terabyte, termasuk informasi milik seluruh karyawan Dwango Co., anak perusahaan Kadokawa yang mengelola platform video niconico.
Serangan Siber dan Negosiasi Tuntutan
Serangan terjadi pada 8 Juni, menargetkan pusat data Kadokawa. Dalam email ke beberapa eksekutif, kelompok peretas mencoba menekan manajemen, mengklaim bahwa pembayaran $2,98 juta harus dilakukan dalam waktu 48 jam untuk mencegah kebocoran data lebih lanjut. Pada 13 Juni, COO Dwango, Shigetaka Kurita, berinteraksi langsung dengan peretas, menegosiasikan jumlah tuntutan awal sebesar $8,25 juta menjadi $3 juta, karena keterbatasan aturan kepatuhan perusahaan yang ketat setelah skandal suap Olimpiade Tokyo.
Reaksi Kadokawa dan Perdebatan
Kadokawa belum memberikan konfirmasi resmi terkait pembayaran tersebut, dengan alasan penyelidikan polisi yang masih berlangsung. Di sisi lain, kelompok peretas sebelumnya mengklaim tidak menerima uang, namun investigasi menemukan 44 Bitcoin—senilai sekitar $2,98 juta saat itu—telah ditransfer ke akun kripto pada tanggal yang sama.
“Negosiasi seperti ini seharusnya tidak dilakukan sembarangan, mengingat banyak peretas yang tidak mematuhi janjinya,” ujar seorang pejabat dari Unknown Technologies.
Kasus ini menimbulkan perdebatan di Jepang mengenai apakah pembayaran kepada peretas dapat dianggap sebagai langkah yang tepat dalam menghadapi ancaman siber besar-besaran.
Sc : kyodo