Jumlah pasien influenza yang dilaporkan di fasilitas medis terpilih di Jepang pada akhir tahun mencapai tingkat tertinggi sejak data serupa tersedia pada 1999, menurut pemerintah Jepang pada Jumat.
Di sekitar 5.000 fasilitas, tercatat 317.812 pasien dalam pekan yang berakhir 29 Desember, dengan rata-rata 64,39 orang per fasilitas, melampaui ambang peringatan 30 orang, menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan.
Angka ini menandai peningkatan selama 10 minggu berturut-turut dan merupakan kenaikan 1,51 kali lipat dari pekan sebelumnya. Kondisi ini juga menyebabkan kekurangan beberapa obat untuk mengobati influenza.
“Fakta bahwa orang memperluas jangkauan pergerakan mereka saat memasuki musim liburan dapat menjadi salah satu faktor penyebab,” ujar seorang pejabat kementerian.
Jepang Niat Kasih Bantuan untuk Warga Gaza yang Terdampak Konflik
Perusahaan farmasi besar seperti Sawai Pharmaceutical Co dan Chugai Pharmaceutical Co mengumumkan akan menghentikan sementara pasokan obat flu Tamiflu dan versi generiknya akibat kesulitan produksi dalam memenuhi lonjakan permintaan.
Sawai menyatakan akan melanjutkan pasokan obat generiknya pada akhir Januari atau awal Februari, sementara Chugai mengumumkan akan menangguhkan sebagian pasokannya hingga akhir Februari.
“Orang-orang memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah karena tidak adanya wabah influenza selama beberapa waktu,” kata Hiroyuki Kunishima, profesor di Universitas St Marianna School of Medicine, seraya menambahkan bahwa lonjakan tersebut membebani rumah sakit.
“Vaksin flu masih efektif meskipun di tahap ini,” katanya, mencatat adanya kemungkinan penyebaran strain baru dari luar negeri.
Jumlah pasien meningkat di seluruh 47 prefektur, dengan Prefektur Oita di Jepang barat daya mencatat rata-rata tertinggi, yaitu 104,84 orang per fasilitas. Prefektur Okinawa di Jepang selatan memiliki rata-rata terendah, yaitu 24,3 orang per fasilitas.
Sc ; JT