Di banyak negara, pelukan dan jabat tangan adalah cara umum untuk menyapa atau menunjukkan keakraban. Namun, di Jepang, dua gestur ini jarang dilakukan dalam interaksi sehari-hari. Bahkan, banyak orang Jepang merasa canggung atau tidak nyaman saat harus berjabat tangan atau dipeluk, terutama oleh orang asing.
Kenapa orang Jepang lebih memilih membungkuk (ojigi, お辞儀) dibanding berjabat tangan atau berpelukan? Artikel ini akan membahas faktor budaya, sejarah, dan etiket sosial Jepang yang membentuk kebiasaan ini.
1. Budaya Membungkuk sebagai Pengganti Jabat Tangan
Salah satu alasan utama mengapa orang Jepang jarang berjabat tangan adalah karena mereka sudah memiliki cara lain untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan, yaitu membungkuk (ojigi, お辞儀).
🔹 Membungkuk lebih dari sekadar gestur fisik – Ini adalah bagian penting dari komunikasi non-verbal yang digunakan untuk:
✅ Menyapa seseorang
✅ Mengungkapkan terima kasih
✅ Meminta maaf
✅ Menunjukkan penghormatan
🔹 Jenis-jenis membungkuk di Jepang:
- Eshaku (会釈, 15 derajat): Membungkuk ringan untuk salam santai.
- Keirei (敬礼, 30 derajat): Membungkuk lebih dalam untuk menunjukkan rasa hormat dalam situasi formal.
- Saikeirei (最敬礼, 45 derajat atau lebih): Membungkuk sangat dalam sebagai tanda penghormatan tinggi atau permintaan maaf serius.
Karena ojigi sudah mencerminkan penghormatan, orang Jepang tidak merasa perlu untuk berjabat tangan seperti yang umum di budaya Barat.
2. Norma Sosial: Jarak Pribadi yang Dijaga dengan Ketat
Di Jepang, ada konsep “ma” (間), yang berarti menjaga ruang atau jarak dalam interaksi sosial.
🚶♂️ Jarak Pribadi (Personal Space) yang Lebih Lebar
- Orang Jepang umumnya lebih nyaman dengan interaksi fisik yang minimal.
- Mereka cenderung menghormati ruang pribadi orang lain dan tidak ingin melanggar batas tersebut.
🤝 Jabat Tangan Bukan Kebiasaan Sehari-hari
- Berbeda dengan budaya Barat, jabat tangan tidak lazim dalam kehidupan sosial Jepang, kecuali dalam situasi bisnis dengan orang asing.
- Bahkan dalam pertemuan bisnis, beberapa orang Jepang lebih memilih membungkuk daripada berjabat tangan.
🤗 Pelukan? Itu Terlalu Intim!
- Pelukan hanya umum di antara pasangan atau keluarga dekat.
- Banyak orang Jepang merasa canggung atau tidak nyaman jika dipeluk oleh teman atau kolega.
3. Pengaruh Budaya dan Sejarah Jepang
Selain faktor sosial, ada beberapa alasan budaya dan sejarah yang membuat orang Jepang kurang terbiasa dengan kontak fisik seperti jabat tangan atau pelukan.
🔹 1. Nilai Kesopanan dalam Budaya Jepang
Jepang adalah masyarakat yang sangat menghargai kesopanan (礼儀, reigi) dan harmoni sosial (和, wa).
- Interaksi fisik berlebihan bisa dianggap mengganggu atau kurang sopan.
- Sebagai gantinya, ekspresi penghormatan lebih banyak dilakukan melalui gestur, bahasa tubuh, dan intonasi suara.
🔹 2. Pengaruh Zaman Edo dan Samurai
Pada masa feodal, para samurai selalu berjaga-jaga terhadap ancaman.
- Menyentuh orang lain terlalu dekat bisa dianggap sebagai tanda agresi atau bahkan ancaman.
- Akibatnya, masyarakat Jepang mengembangkan budaya interaksi yang lebih minim kontak fisik.
🔹 3. Pengaruh Buddhisme dan Shinto
Agama Shinto dan Buddhisme, yang sangat berpengaruh dalam budaya Jepang, juga mengajarkan kesadaran terhadap kebersihan dan ketertiban.
- Menjaga jarak dalam interaksi sosial mencerminkan rasa hormat terhadap orang lain dan lingkungan sekitar.
4. Jabat Tangan di Jepang: Kapan Bisa Dilakukan?
Walaupun tidak umum dalam kehidupan sehari-hari, jabat tangan tetap bisa terjadi dalam beberapa situasi, terutama jika melibatkan orang asing.
✅ Situasi di mana jabat tangan bisa diterima:
- Pertemuan bisnis internasional
- Saat berinteraksi dengan orang asing yang tidak terbiasa dengan budaya Jepang
- Setelah kesepakatan bisnis penting sebagai tanda persetujuan
❌ Situasi di mana jabat tangan kurang umum:
- Dalam interaksi sosial sehari-hari
- Saat bertemu teman atau keluarga
- Dalam lingkungan formal Jepang yang lebih tradisional
💡 Tips Jika Berada di Jepang:
- Jangan langsung mengulurkan tangan untuk berjabat sebelum melihat reaksi lawan bicara.
- Jika mereka membungkuk, cukup ikuti dengan membungkuk juga.
- Jika mereka menawarkan jabat tangan, lakukan dengan ringan tanpa terlalu erat.
5. Bagaimana Jika Orang Jepang Menyentuh atau Memeluk?
Meskipun jarang, ada beberapa kasus di mana orang Jepang bisa lebih santai dalam hal kontak fisik:
👩❤️👨 Dalam Hubungan Romantis
- Pasangan mungkin lebih sering berpegangan tangan atau berpelukan, tetapi umumnya tidak dilakukan di depan umum (PDA masih dianggap kurang sopan).
👨👩👧👦 Dalam Keluarga
- Anak kecil mungkin sering dipeluk oleh orang tua mereka, tetapi seiring bertambahnya usia, interaksi fisik cenderung berkurang.
👬 Di Kalangan Anak Muda atau Pengaruh Budaya Barat
- Generasi muda Jepang yang sering berinteraksi dengan budaya Barat mungkin lebih terbuka dengan jabat tangan atau pelukan, terutama saat berinteraksi dengan orang asing.
Orang Jepang jarang berjabat tangan atau berpelukan karena berbagai alasan budaya, sosial, dan sejarah. Mereka lebih memilih membungkuk sebagai cara untuk menunjukkan rasa hormat tanpa perlu melakukan kontak fisik yang berlebihan.
🔹 Membungkuk (ojigi) adalah cara utama menyapa dan menunjukkan penghormatan.
🔹 Menjaga jarak pribadi adalah norma dalam interaksi sosial.
🔹 Sejarah dan pengaruh agama membuat orang Jepang lebih menghargai interaksi tanpa sentuhan.
🔹 Jabat tangan hanya umum dalam interaksi bisnis internasional, tetapi tidak dalam kehidupan sehari-hari.
💡 Jika berkunjung ke Jepang, cara terbaik adalah mengikuti kebiasaan mereka:
✅ Jangan memaksakan jabat tangan atau pelukan.
✅ Jika ragu, cukup membungkuk sebagai bentuk penghormatan.
✅ Jika orang Jepang menawarkan jabat tangan, lakukan dengan ringan dan tidak terlalu erat.
Dengan memahami budaya ini, kita bisa menghormati cara orang Jepang berinteraksi dan lebih mudah membangun hubungan yang baik dengan mereka. 😊