Menu

Dark Mode
Frasa Umum dalam Bahasa Jepang yang Tidak Bisa Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia Kogomi Tempura Goreng yang Renyah dan Lezat dari Shizuoka 100 Ninja Jelajahi Tokyo untuk Promosikan Budaya Iga dan Koka Beruang Terperangkap dan Dibunuh Setelah 2 Hari di Supermarket Jepang Ningyo-yaki: Kue Tradisional Jepang yang Terinspirasi dari Boneka di Tokyo Game Doraemon Dorayaki Shop Story Akan Rilis di PC pada 9 Desember

News

Pertama dalam 130 Tahun, Gunung Fuji Tidak Diselimuti Salju di Bulan Oktober

badge-check


					Pertama dalam 130 Tahun, Gunung Fuji Tidak Diselimuti Salju di Bulan Oktober Perbesar

Gunung Fuji di Jepang kini dikabarkan tidak bersalju untuk pertama kalinya dalam 130 tahun.

Menurut BBC, puncak gunung tertinggi di Jepang ini biasanya mulai ditutupi salju pada awal bulan Oktober. Namun, akibat cuaca yang semakin hangat belakangan ini, puncak Gunung Fuji tidak menunjukkan tanda-tanda salju.

Pada tahun 2023, salju pertama kali terlihat di puncak Gunung Fuji pada tanggal 5 Oktober. Namun, hingga memasuki bulan November 2024, salju belum turun di puncak gunung ini.

Lalu, apa sebenarnya penyebab tidak adanya salju di Gunung Fuji pada waktu yang biasanya? Sebelum membahas penyebabnya, mari kita lihat sejarah gunung ini, termasuk status aktivitasnya dan ketinggiannya.

Gunung Fuji memiliki ketinggian sekitar 3.776 mdpl (12.388 kaki) dan terletak dekat pantai Samudra Pasifik, di perbatasan antara prefektur Yamanashi dan Shizuoka, Honshu tengah. Jaraknya sekitar 100 km (60 mil) di barat wilayah metropolitan Tokyo-Yokohama.

Mengenai aktivitasnya, Gunung Fuji sudah tidak meletus sejak letusan terakhir pada tahun 1707. Meskipun tidak ada erupsi sejak saat itu, para ahli geologi masih mengklasifikasikannya sebagai gunung berapi aktif.

Keindahan Gunung Fuji menjadi daya tarik utama Taman Nasional Fuji-Hakone-Izu dan diakui sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 2013.

Salju di Gunung Fuji sering digambarkan dalam berbagai karya seni. Menurut sejarah, gunung ini terbentuk sekitar 286 tahun sebelum Masehi akibat gempa bumi. Namun, usia pastinya masih menjadi perdebatan, dengan banyak yang berpendapat bahwa Fuji sudah ada lebih dari 2,6 juta tahun di atas dasar yang berasal dari 65 juta tahun lalu. Letusan pertama tercatat terjadi sekitar 700.000 tahun yang lalu.

Gunung Fuji adalah jenis stratovolcano yang muncul sekitar 400.000 tahun lalu di antara puncak Komitake dan Ashitaka-yama. Gunung Fuji yang ada sekarang merupakan gabungan dari tiga gunung berapi: Komitake di bawah, Ko Fuji (Fuji Tua) di atas, dan Shin Fuji (Fuji Baru).

Lingkar Gunung Fuji sekitar 125 km (78 mil) dan diameternya antara 40 hingga 50 km (25-30 mil). Puncak kawahnya memiliki diameter kurang lebih 500 meter (1.600 kaki) dan kedalaman sekitar 250 meter (820 kaki).

Di sekitar tepi kawah terdapat delapan puncak, antara lain Oshaidake, Izudake, Jojudake, dan Komagatake, serta Mushimatake, Kengamine, Hukusandake, dan Kusushidake.

Letusan besar terakhir Gunung Fuji terjadi pada Desember 1707, yang mengakibatkan langit gelap di siang hari hingga ke Edo (sekarang Tokyo) dan mengubur kuil serta pemukiman di sekitar gunung.

Para ahli geologi melaporkan bahwa letusan ini dipicu oleh gempa berkekuatan 8,4 skala Richter yang melanda wilayah tersebut selama 49 hari sebelum Gunung Fuji meletus. Sejak tahun 1707, sebagian besar aktivitas vulkanik Gunung Fuji terbatas pada gempa bumi kecil, termasuk gempa susulan berkekuatan 6,4 skala Richter yang menghantam sisi selatan gunung setelah gempa besar Sendai pada 2011.

Smithsonian Magazine menyebutkan bahwa lapisan salju di Gunung Fuji biasanya mulai terbentuk sekitar 2 Oktober. Namun, suhu hangat yang melanda membuat puncak Gunung Fuji tetap tanpa salju hingga bulan November 2024.

Yutaka Katsuka, seorang petugas ramalan cuaca dari Kantor Meteorologi Lokal Kofu, mengungkapkan bahwa suhu udara yang tinggi selama musim panas tahun 2024 terus berlanjut hingga September 2024.

Pada bulan September, suhu di Jepang meningkat melebihi perkiraan, dipicu oleh posisi jet stream sub-tropis yang lebih ke utara, sehingga mengakibatkan aliran udara hangat ke Jepang.

Jet stream adalah arus udara cepat yang mengelilingi planet, terjadi ketika udara hangat dari selatan bertemu dengan udara dingin dari utara.

Akibatnya, meskipun musim panas di Jepang sudah berlalu dan memasuki musim dingin, udara dingin terhalang, menyebabkan suhu panas yang mempengaruhi turunnya salju.

Jepang mengalami musim panas terpanas selama dua tahun berturut-turut, yaitu pada 2023 dan 2024.

Suhu yang lebih tinggi dari biasanya juga bertahan hingga musim gugur. Sekitar 74 kota di Jepang mencatat suhu di atas 28 derajat Celsius (84 derajat Fahrenheit) pada awal Oktober. Suhu antara bulan Juni dan Agustus tercatat lebih tinggi sekitar 1,76 derajat Celsius (3,1 derajat Fahrenheit) dari rata-rata.

Hampir 1.500 daerah di Jepang juga mengalami hari-hari sangat panas, di mana suhu mencapai atau melebihi 35 derajat Celsius (95 derajat Fahrenheit), sebagaimana diklasifikasikan oleh Badan Meteorologi Jepang.

Gunung Fuji yang tanpa salju menjadi salah satu indikator bahwa musim dingin di seluruh dunia akan lebih hangat. Sebuah studi menunjukkan bahwa pemanasan yang disebabkan oleh aktivitas manusia telah mengurangi salju di belahan bumi utara selama empat dekade terakhir.

Sc : guardian, BBC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

100 Ninja Jelajahi Tokyo untuk Promosikan Budaya Iga dan Koka

5 December 2024 - 19:10 WIB

Beruang Terperangkap dan Dibunuh Setelah 2 Hari di Supermarket Jepang

5 December 2024 - 17:10 WIB

Pemerintah Jepang Pertimbangkan Peningkatan Ambang Batas Pajak Penghasilan untuk Dorong Jam Kerja Paruh Waktu

5 December 2024 - 15:10 WIB

Pegawai Negeri di Wilayah Tokyo Akan Segera Menerapkan Sistem Kerja 4 Hari dalam Seminggu

5 December 2024 - 10:10 WIB

Bocor! Data 100.000 Pelanggan dari 11 Situs E-Commerce Jepang Dicuri

4 December 2024 - 15:10 WIB

Trending on News